Ilustrasi vape. Foto: Hasan Alhabshy |
Sudah banyak yang mengetahui, efek vape dan rokok elektrik sebenarnya tak lebih 'enteng' dibandingkan rokok konvensional. Sudah banyak juga kasus paru-paru kolaps akibat penggunaan vape dan rokok elektrik.
Salah satunya dialami oleh Jodie Hudson (26) pada 24 September lalu. Ia yang sudah menggunakan vape selama dua tahun terakhir tiba-tiba kesulitan mengatur napas saat sedang berada di rumah. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Bassetlaw dan diketahui mengidap pneumonia gegara keseringan nge-vape. Padahal selama ini ia berpikir, vape tak akan memberikan dampak bahaya separah rokok konvensional.
Jodie sempat takut, nyawanya tidak akan tertolong dan ia tidak bisa melihat putranya lagi. Sejak itu, ia bersumpah untuk tidak lagi menggunakan vape karena ia paham, benda tersebut memicu ketagihan.
"Saya mulai merokok ketika saya berusia sekitar 18 tahun dan ketika saya hamil anak saya, saya berhenti. Setelah itu, ketika dia lahir, pasangan saya menggunakan vaping dan saya hanya berpikir saya akan mencobanya karena sepertinya lebih sehat karena tidak mengandung semua tembakau dan saya sangat menyukainya," ungkapnya dikutip dari Mirror News, Minggu (8/11/2023).
"Saya ketagihan. Ketika saya menggunakan yang sekali pakai, saya pergi dari membelinya dua hingga tiga kali seminggu hingga setiap hari. Saya menggunakan vape di mana saja dan di mana saja," imbuh Jodie.
Saat awal mula terkena penyakit, Jodie tiba-tiba merasa tidak enak badan dan sulit bernapas. Karena sudah kesulitan berjalan, ia pun dilarikan ke rumah sakit. Saking sulitnya bernapas, ia sampai tidak bisa bergerak banyak dan berbicara.
"Saya kesulitan untuk berjalan, saya tidak bisa bernapas. Baru saja berjalan dari mobil ke rumah sakit, saya gemetar, berkeringat, saya harus langsung duduk, saya merasa sangat pusing. Saya hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata saya," ungkapnya.
"Saya tiba di RS dan langsung dimasukkan ke dalam sebuah ruangan karena rendahnya oksigen yang saya miliki. Tekanan darah saya rendah dan detak jantung saya sangat tinggi," ujar Jodie lebih lanjut.
Mengacu pada John Hopkins Medicine di Maryland, AS, pneumonia lipoid bisa terjadi ketika zat berminyak yang ditemukan dalam e-liquid terhirup, kemudian memicu respons peradangan di paru-paru. Gejalanya meliputi batuk kronis, sesak napas, dan batuk darah atau lendir darah.
"Saya sekarang menderita asma karena semua ini. Saya mungkin akan menggunakan inhaler selama sisa hidup saya. Saya memiliki banyak penyesalan, vape hanya membuang-buang uang dan membunuh saya," pungkas Jodie, sembari mengingatkan orang-orang untuk tidak menggunakan vape sebagai solusi berhenti merokok konvensional.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Curhat Wanita Umur 26 Kapok Nge-vape, Masuk RS gegara Paru-parunya Kolaps"