Hagia Sophia

16 November 2023

Agar Sembuh dari Gangguan Jiwa, Otak Pasien Dilubangi

Prosedur lobotomi. (Foto: ASSOCIATED PRESS/)

Lobotomi selalu menjadi prosedur yang penuh kontroversi, namun telah dilakukan secara luas selama lebih dari dua dekade untuk mengobati penyakit mental. Lobotomi, juga dikenal sebagai leucotomy, adalah operasi bedah saraf yang melibatkan kerusakan permanen pada bagian lobus prefrontal otak.

Ketika lobotomi ditemukan, belum ada cara yang baik untuk mengobati penyakit mental. Walhasil, orang-orang 'sangat putus asa' untuk melakukan intervensi terhadap kondisi jiwa. Meski begitu, selalu ada kritik terhadap prosedur tersebut.

"Lobotomi adalah istilah umum untuk serangkaian operasi berbeda yang dengan sengaja merusak jaringan otak untuk mengobati penyakit mental," kata Dr Barron Lerner, sejarawan medis dan profesor di NYU Langone Medical Center di New York kepada Live Science.

Meskipun sebagian kecil orang diperkirakan menunjukkan perbaikan kondisi mental atau tidak ada perubahan sama sekali, bagi banyak pasien, lobotomi berdampak negatif pada kepribadian, inisiatif, hambatan, empati, dan kemampuan untuk berfungsi sendiri.

Berikut sederet kasus tragis pasien yang menjalani lobotomi dikutip dari berbagai sumber.

1. Rosemary Kennedy

Laman NZ Herald melaporkan orang paling terkenal yang menjalani lobotomi adalah Rosemary Kennedy, saudara perempuan calon presiden AS John F Kennedy. Menurut sejarawan medis Dr Lindsey Fitzharris, Rosemary dikatakan sebagai anak pemberontak yang sesekali mengalami perubahan suasana hati.

Pada November 1941, ayahnya mengajaknya menemui Dr Walter Freeman, yang saat itu sudah terkenal untuk melakukan lobotomi.

"Freeman mendiagnosis Rosemary yang berusia 23 tahun menderita 'depresi gelisah' dan menyarankan agar dia menjalani lobotomi untuk memperbaiki perilakunya yang tidak menentu. Freeman melakukan operasi saat itu juga pada Rosemary, tanpa sepengetahuan ibunya," kata Dr Fitzharris.

Tak lama kemudian, menjadi jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Rosemary tidak dapat lagi berbicara, dan kapasitas mentalnya setara dengan balita. Ayahnya melembagakannya, memberi tahu orang-orang bahwa putrinya mengalami keterbelakangan mental daripada mengakui bahwa kondisinya disebabkan oleh kegagalan operasi otak yang disebut karena lobotomi.

2. Howard Dully

Howard Dully yang berusia dua belas tahun terpaksa menjalani lobotomi karena, seperti yang ditegaskan ibu tirinya, dia "menentang, melamun, dan bahkan menolak untuk tidur". Dia dibawa ke beberapa dokter yang semuanya menyimpulkan bahwa Howard "normal saja".

Namun ibu tirinya membawanya ke Dr Freeman yang menyarankan anak itu menjalani lobotomi.

Freeman menulis dalam buku hariannya tentang Howard pada bulan November 1968: "Saya menjelaskan kepada Nyonya Dully bahwa keluarga harus mempertimbangkan kemungkinan mengubah kepribadian Howard melalui lobotomi transorbital. Nyonya Dully mengatakan terserah pada suaminya, bahwa saya harus berbicara bersamanya dan membuatnya melekat."

"Tuan dan Nyonya Dully tampaknya telah memutuskan untuk mengoperasi Howard. Saya menyarankan agar mereka tidak memberi tahu Howard apa pun tentang hal itu."

3. Rose Williams

Laman Science Sensei menuliskan Rose Williams, yang merupakan kakak perempuan Tennese Williams, mengidap depresi berat dan skizofrenia. Namun di samping itu dia memiliki kepribadian yang baik dan tulus.

Pada tahun 1943, Rose mulai menyerang orang dalam episode manik yang membuatnya terbuka untuk melakukan lobotomi frontal. Sayangnya, Rose menjadi salah satu contoh nyata korban lobotomi yang membuktikan betapa tidak amannya prosedur tersebut. Lobotomi yang dilakukannya membuatnya hampir mengalami katatonik.

4. Ellen Ionesco

Pada saat lobotominya, Sallie Ellen Ionesco adalah seorang ibu rumah tangga dan ibu berusia 29 tahun yang digambarkan mengalami depresi berat dan sangat ingin bunuh diri. Ionesco adalah orang pertama yang melakukan lobotomi dengan pemecah es, dan ini merupakan prosedur yang sangat sukses.

Keluarga menganggap operasi tersebut sukses dan memberikan kelegaan. Namun dia kehilangan beberapa fungsi memori tetapi relatif utuh dan bisa menjalani kehidupan normal setelah prosedur lobotomi.




























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "4 Kasus Tragis Pasien Lobotomi, Otak Dilubangi demi 'Sembuh' dari Gangguan Jiwa"