Hagia Sophia

16 January 2024

Indonesia Akan Hadapi El Nino dan Angin Mosun Asia, Bagaimana Dampaknya?

Ilustrasi hujan. (Foto: Getty Images)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti dua fenomena alam yang bakal melanda Indonesia di musim hujan 2024. Keduanya bisa terjadi berbarengan yakni El Nino dan Angin Monsun Asia.

El Nino adalah fenomena saat suhu di muka laut Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur memanas, sementara Monsun Asia ditandai dengan bertiupnya angin di Oktober hingga April di Indonesia saat matahari berada di belahan bumi selatan.

Hal ini memicu kawasan Asia relatif menjadi lebih dingin dari tekanan maksimum, sementara wilayah Australia mengalami musim panas. Menurut Deputi Bidang Meteorologi Bidang Meteorologi BMKG, El Nino dan Monsun Asia yang terjadi berbarengan berdampak pada sejumlah wilayah di Tanah Air.

Guswanto menjelaskan perkiraan BMKG terkait El Nino, masih akan berlanjut sampai Maret atau April 2024. Walhasil, dampaknya pengurangan curah hujan tahunan atau annual rainfall menjadi tidak merata. Sementara kemunculan Monsun Asia di musim hujan memicu curah hujan menjadi tinggi.

"Monsun Asia diprakirakan hingga April 2024.Monsun Asia adalah angin musim yang bersifat periodik yang biasanya terjadi di Samudera Hindia dan sebelah selatan Asia," beber Guswanto saat dihubungi detikcom Senin (15/1/2024).

Kedua fenomena tersebut bisa terjadi secara tidak bersamaan di wilayah Indonesia. Otomatis ada beberapa yang mengalami intensitas hujan berkurang, ada beberapa wilayah yang melaporkan tren sebaliknya.

Prediksi BMKG menunjukkan beberapa wilayah yang memasuki curah hujan berkurang imbas El Nino adalah:
  • Kabupaten Bangkalan
  • Kabupaten Banyuwangi
  • Kabupaten Blitar
  • Kabupaten Gresik
  • Kabupaten Bondowoso
  • Kabupaten Bojonegoro.
Sementara wilayah yang bisa melaporkan curah hujan meningkat imbas Monsun Asia di antaranya:
  • Sumatera
  • Jawa
  • Kalimantan
  • Sulawesi
  • Bali
  • Nusa Tenggara.

Apa Dampaknya?

BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada tetapi tidak panik. Dampak dari kedua fenomena tersebut memang bisa berimbas pada bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

Masyarakat diminta lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggal, lantaran salah satu upaya mitigasi atau pencegahan sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang bisa datang sewaktu-waktu.

Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebutkan sejumlah penyakit yang mengintai di musim hujan. Terbanyak dilaporkan yakni demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis.

Adapula pasien yang mengeluhkan influenza hingga diare. Kuncinya agar terhindar dari sejumlah penyakit tersebut adalah menjaga pola hidup bersih dan sehat. Misalnya, pencegahan leptospirosis.

Sebagai gambaran umum, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi. Tikus kerap berkeliaran di musim hujan, memasuki rumah-rumah warga.

Potensi paparan kontaminasi urine dari tikus yang terinfeksi bakteri tersebut juga bisa terbawa air banjir.

"Jadi rumah kita harus bersih dari tikus dan kalau banjir juga menggunakan alas kaki dan hati-hati dengan tikus. Pastikan rumah bersih dari air seni tikus," beber dia saat dihubungi detikcom Senin (15/1).



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "BMKG Sebut RI Hadapi El Nino-Monsun Asia di Musim Hujan 2024, Begini Dampaknya"