Ilustrasi egg freezing (Foto: iStock) |
Jumlah wanita di Inggris yang membekukan sel telur atau egg freezing meningkat hingga 54 persen selama pandemi COVID-19. Hal ini disebut-sebut ada kaitannya dengan lockdown atau pembatasan sosial akibat COVID yang memicu kekhawatiran wanita di sana untuk menemukan pasangan.
Professor Geeta Nargund, kepala salah satu penyedia IVF swasta terbesar di Inggris, Create Fertility, mengungkapkan permintaan layanan pembekuan telur di kliniknya melonjak ke tingkat rekor selama wabah COVID-19.
Nargund mengatakan, Create Fertility mengalami peningkatan sebesar 54 persen dari tahun 2020 hingga 2022 dalam jumlah perempuan yang ingin mengawetkan embrio. Menurutnya, selama lockdown, wanita di Inggris tidak dapat berkencan atau bertemu calon pasangan dengan mudah. Mereka juga sadar bahwa 'jam biologis' mereka terus berjalan.
"Seiring dengan ketidakpastian yang dirasakan masyarakat akibat lockdown, ini adalah badai yang sempurna," ungkapnya dikutip Daily Mail, Rabu (3/1/2024).
Selain tak bisa berkencan, Prof Nargund juga menyebut ada faktor lain yang mendorong kenaikan fenomena ini, seperti perusahaan yang menawarkan layanan tersebut sebagai tunjangan bagi staf perempuan dan lonjakan biaya hidup.
Sebelumnya, sebuah laporan dari Otoritas Fertilisasi dan Embriologi Manusia (HEFA) juga menemukan bahwa prosedur pembekuan sel telur dan embrio merupakan perawatan kesuburan yang paling cepat berkembang di Inggris.
Pembekuan dan penyimpanan sel telur meningkat dari 2.576 siklus pada tahun 2019 menjadi 4.215 siklus pada tahun 2021 (meningkat sebesar 64 persen), sementara penyimpanan embrio juga meningkat.
Beberapa ahli mengatakan pandemi COVID berdampak besar pada banyaknya wanita yang ingin membekukan sel telurnya dengan harapan menjaga kesuburannya.
"Pembatasan bersosialisasi mungkin telah mendorong beberapa perempuan untuk lebih memikirkan masa subur mereka dan memutuskan untuk mencoba meningkatkan pilihan reproduksi mereka," imbuh Sarah Norcross, direktur Progress Educational Trust, dikutip The Guardian, (3/1).
Selain itu, data HFEA juga menunjukkan terdapat peningkatan sebesar 10 persen pada siklus IVF atau bayi tabung dan inseminasi donor antara tahun 2019 dan 2021 (sekitar 7.000 siklus lebih).
Sementara itu, rata-rata usia perempuan di Inggris yang menjalani perawatan IVF telah meningkat menjadi 36 tahun. Bandingkan dengan rata-rata usia hampir 31 tahun bagi perempuan yang hamil secara alami.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Wanita di Inggris Ramai-ramai Egg Freezing gegara Takut Susah Dapat Jodoh"