Ilustrasi COVID-19 di Indonesia. -(Foto: Grandyos Zafna) |
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menyoroti varian Omicron XBB.1.5 yang 'membludak' di Amerika Serikat. Adanya subvarian baru ini memicu kasus harian COVID-19 AS kembali tinggi, menurut data Worldometers per Kamis (5/1/2023), ada 30 ribu kasus baru dengan 220 kematian.
WHO menyebut varian ini menjadi paling menular di antara varian Corona terdahulu. Menurut Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, XBB.1.5 mungkin tidak akan memicu gejala berat, tetapi pasien yang sudah tertular subvarian ini berisiko tinggi mengalami long COVID-19.
"Yang menjadi catatan dan kewaspadaan ini adalah XBB.1.5 berpotensi menyebabkan lebih long COVID, kerusakan organ dalam jangka panjang, tidak sakit parah, tidak meninggal, tetapi dalam jangka menengah atau panjang jadi sakit-sakitan," beber dia kepada detikcom Jumat (6/1/2023).
Tentu hal ini akan berdampak pada produktivitas seseorang, sehingga Dicky menyarankan memperketat protokol kesehatan meskipun pemerintah sudah mencabut aturan PPKM. Bahkan, besar kemungkinan menurut Dicky, Omicron XBB.1.5 sudah masuk Indonesia, di tengah surveilans genomik yang rendah.
"Tidak lebih dari dua minggu kok adanya masuk varian-varian baru di tengah mobilitas sangat tinggi saat ini," sebut dia.
Efek munculnya subvarian baru XBB.1.5 pada setiap negara, kata Dicky, beragam. Hal-hal yang berpengaruh misalnya seperti status gizi, komorbid, dan modal imunitas.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jadi Varian Paling Menular Saat Ini, Omicron XBB.1.5 Bisa Rusak Organ"