Ilustrasi campak (Foto: Getty Images/iStockphoto/kipgodi) |
Kasus campak di Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan sepanjang 2022. Tercatat ada 3.341 kasus atau naik 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021.
Menurut dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA, SubspIPT, M.TropPaed, tingkat penularan campak memang sangat tinggi.
"Dia itu daya tularnya 5-10 kali lebih menular daripada COVID-19. Jadi, satu anak bisa nularin 10 orang di sekitarnya," ujar Prof Hinky ditemui detikcom di RS Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2023)
"Jadi dia bisa menyebabkan wabah, atau dalam terminologi kesehatan 'Kejadian Luar Biasa'," lanjutnya.
Prof Hinky menyebut, sebenarnya tingkat efikasi vaksinasi campak cukup tinggi. Akan tetapi, cakupan vaksinasi yang rendah dapat memicu terjadinya KLB campak di sejumlah provinsi di RI.
"Sebetulnya, vaksinasi campak dan vaksinasi campak Jerman (Rubella) daya lindungnya tinggi. Vaksin campak jerman dan campak itu di atas 90 persen," kata Prof Hinky.
"Namun, dengan bertambahnya usia tentu menurun. Untuk menjaga asal tidak terjadi Kejadian Luar Biasa, itu cakupan imunisasinya harus tinggi," bebernya.
Dikarenakan campak lebih menular, tingkat kekebalan populasi (herd immunity) terhadap campak harus mencapai 95 persen. Prof Hinky menyebut, sebenarnya Indonesia sudah berhasil menangani wabah campak pada 2017-2018.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 memicu penurunan tingkat vaksinasi.
"Kita (Indonesia) sebetulnya sudah sukses tuh memberikan campak-campak Rubella tahun 2017 dan 2018. Cakupan imunisasi kita tinggi, tapi tetap ada yang nggak diimunisasi dan ditambah juga sama COVID. COVID kita dua tahun ini nggak efektif, cakupannya rendah," pungkas Prof Hengky.
"Nah, yang nggak diimunisasi ini, terus daya tahannya rendah, menularkan yang lain-lain, yang juga sudah turun kekebalannya. Maka terjadilah KLB, letusan-letusan (kasus) di berbagai provinsi di Indonesia," sebutnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut kasus campak di Indonesia meningkat pesat pada 223 kabupaten/kota di 31 provinsi.
"Selama tahun 2022 yang lalu jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus," kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes dr Prima Yosephine, MKM, beberapa waktu lalu.
dr Prima mengatakan penyebab kenaikan kasus campak yang cukup signifikan karena sudah dua tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin akibat COVID-19. Padahal, pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi.
"Kasus ini, di 2022, memang sebagian besar tidak pernah diimunisasi dan beberapa ada yang sudah diimunisasi tapi tidak lengkap," papar dr Prima.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter Ungkap Alasan Kasus Campak RI Meningkat 32 Kali Lipat!"