Hagia Sophia

18 February 2023

Seberapa Bahaya Virus Marburg?

WHO baru-baru ini mengadakan rapat mendadak untuk membahas virus Marburg yang menyebabkan 9 orang meninggal di Afrika (Foto: Getty Images/iStockphoto/SyhinStas)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengadakan pertemuan darurat dan memanggil para ahli dari seluruh dunia untuk membahas virus Marburg. Pasalnya, virus tersebut dilaporkan menyebabkan sembilan orang meninggal dunia di Guinea, Afrika Barat.

Otoritas Guinea bahkan sampai mengkarantina lebih dari 200 orang di sana dan membatasi pergerakan sejak minggu lalu untuk mencegah penularan semakin meluas. Pembatasan tepatnya dilakukan di Provinsi Kie Ntem. Terutama bagi mereka yang mengalami gejala.

Selain itu, virus tersebut juga dilaporkan sudah mulai menyebar ke Kamerun, dengan dua warga diduga terpapar penyakit tersebut.

Hingga saat ini belum ada vaksin ataupun antivirus yang sudah disetujui untuk mengobati penyakit virus Marburg.

"Selain 9 kematian, Guinea melaporkan sedikitnya 16 kasus diduga virus Marburg dengan gejala termasuk demam, kelelahan, muntah darah, dan diare," ungkap WHO, dikutip dari US News, Sabtu (18/2/2023).

Seberapa Bahaya Virus Marburg?

Dikutip dari laman resmi WHO, virus Marburg adalah agen penyebab penyakit virus Marburg (MVD), dengan rasio fatalitas kasus hingga 88 persen. Penyakit virus Marburg awalnya terdeteksi pada tahun 1967 setelah wabah simultan di Marburg dan Frankfurt di Jerman; dan di Beograd, Serbia.

Virus Marburg dan Ebola merupakan anggota keluarga dari Filoviridae (filovirus). Meski disebabkan oleh virus yang berbeda, kedua penyakit ini secara klinis serupa. Bahkan kedua penyakit langka ini berpotensi menimbulkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi.

Adapun penularan virus Marburg melalui kontak langsung melalui kulit yang rusak atau selaput lendir, darah, sekresi, organ atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan makanan atau benda yang terkontaminasi dengan cairan tersebut.

Petugas kesehatan sering terinfeksi saat merawat pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi MVD. Ini terjadi melalui kontak dekat dengan pasien ketika tindakan pencegahan pengendalian infeksi tidak dilakukan secara ketat. Penularan melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi atau melalui luka jarum suntik dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kerusakan yang cepat, dan kemungkinan tingkat kematian yang lebih tinggi.

Mereka yang terpapar virus Marburg umumnya mengalami gejala:
  • Demam tinggi
  • Sakit kepala parah
  • Rasa tidak enak badan yang parah
  • Nyeri otot
  • Diare berair yang parah
  • Sakit perut dan kram
  • Gejala mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga, serta diare bisa bertahan selama seminggu.
  • Pada wabah Eropa tahun 1967, ruam yang tidak gatal merupakan salah satu tanda yang terlihat pada sebagian besar pasien.
Selain gejala di atas, banyak pasien yang mengalami hemoragik parah pada hari kelima dan ketujuh setelah timbulnya gejala. Selama fase penyakit yang parah, pasien mengidap demam tinggi. Keterlibatan sistem saraf pusat dapat mengakibatkan kebingungan, lekas marah, dan agresi. Orkitis (radang pada salah satu atau kedua testis) telah dilaporkan kadang-kadang pada fase akhir penyakit (15 hari).

Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan darah yang parah dan syok.






















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bikin WHO Rapat Mendadak, Seganas Apa Virus Marburg?"