Ilustrasi COVID-19. (Foto: Getty Images/iStockphoto/scaliger) |
Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama memastikan sampai saat ini masih belum ditemukan COVID-19 subvarian Omicron baru EU.1.1 di Jakarta. Subvarian yang diyakini lebih menular dibandingkan varian dan subvarian lainnya.
"Subvarian baru Omicron di Eropa, di Jakarta belum ditemukan," ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (2/7/2023).
Meskipun belum ditemukan, dr Ngabila mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus memantau data whole genome sequencing (WGS) setiap minggunya untuk mendeteksi dominasi varian dan ada atau tidaknya varian baru COVID-19.
"Saat ini EU.1.1 yang naik karena terdeteksi di 1.7 persen kasus di US," katanya.
"Perubahan sedikit di spike protein tapi belum ada yang terdeteksi meningkatkan keparahan ataupun kecepatan penyebaran," imbuhnya lagi.
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan subvarian tersebut memicu kenaikan kasus yang signifikan di beberapa negara Eropa, termasuk Amerika Serikat.
CDC memperkirakan bahwa EU.1.1 sudah menyumbang sekitar 1,7 persen dari kasus AS secara nasional. Juga, mungkin telah mencapai sebanyak 8,7 persen kasus beberapa wilayah, seperti Colorado, Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, Utah, dan Wyoming.
Adapun subvarian EU.1.1 atau XBB.1.5.26.1.1 diyakini lebih mudah menginfeksi dan menular daripada galur induknya, XBB.1.5. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada bukti bahwa subvarian tersebut memiliki keunggulan yang berbeda daripada subvarian atau varian yang beredar lainnya.
"Saya pikir kita akan melihat banyak hal ini terjadi, di mana Anda akan melihat beberapa subvarian yang meningkat secara proporsional dan kemudian menghilang dan yang baru muncul dan menghilang," tutur peneliti dari University of Missouri School of Medicine di Columbia, Marc Johnson, PhD.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dinkes Pastikan DKI Masih 'Aman' dari COVID Subvarian Omicron EU.1.1"