Kondisi kerusuhan di Prancis dipicu remaja ditembak mati oleh polisi. (Reuters) |
Nenek seorang remaja Prancis yang tewas ditembak oleh polisi mengeluarkan permohonan agar massa ricuh tenang. Nenek remaja itu meminta massa menghentikan kerusuhan usai sejumlah fasilitas dan rumah wali kota dirusak.
Dilansir AFP, Senin (3/7/2023), Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berupaya melawan protes kekerasan selama lima malam sejak Nahel M yang berusia 17 tahun ditembak mati di Nanterre, pinggiran Paris, pada Selasa (27/6) oleh seorang polisi saat pemeriksaan lalu lintas.
Pembunuhan Nahel M, yang berasal dari Aljazair, telah memicu kembali tuduhan lama tentang rasisme institusional di dalam kepolisian Prancis, yang menurut kelompok HAM memilih minoritas untuk kontrol sosial.
Berusaha untuk memadamkan amarah massa menjadi apa tantangan terbesar bagi Macron sejak dia menjabat pada tahun 2017, kementerian dalam negeri selama dua malam terakhir mengerahkan 45.000 polisi di seluruh negeri, helikopter dan kendaraan lapis baja.
Kementerian dalam negeri mengatakan 719 orang ditangkap dalam semalam, sekitar setengah dari jumlah malam sebelumnya, tetapi bentrokan sengit masih dilaporkan terjadi di beberapa tempat, termasuk kota selatan Marseille.
"Berhenti dan jangan melakukan kerusuhan," kata nenek Nahel, Nadia, kepada televisi BFM dalam sebuah wawancara telepon, mengatakan bahwa para perusuh hanya menggunakan kematian cucunya sebagai dalih.
"Saya memberi tahu orang-orang yang membuat kerusuhan ini: Jangan pecahkan jendela, serang sekolah atau bus. Berhenti! Ibu-ibu yang naik bus, ibu-ibu yang berjalan di luar," katanya.
Artikel ini telah tayang di news.detik.com dengan judul "Nenek Remaja yang Tewas Ditembak Mati Minta Massa Setop Kerusuhan di Prancis"