Ilustrasi. Foto: Financial Review |
Jumlah rumah tangga dengan anak-anak di Jepang menurun, berada di bawah 10 juta pada 2022. Penurunan tersebut merupakan yang pertama kalinya, sejak data pembanding tersedia pada 1986. Apa pemicunya?
Angka tersebut ditunjukkan lewat data pemerintah pada Selasa (4/7/2023). Banyak pihak meyakini, penurunan kelahiran tersebut disebabkan banyak warga Jepang memilih untuk hidup tanpa memiliki anak.
Dikutip dari The Japan Times, mengacu pada data tiga tahunan yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, rumah tangga dengan anak berusia di bawah 18 tahun kini hanya 9,917 juta, turun sebanyak 3,4 poin persentase dari data 2019 ke rekor terendah 18,3 persen dari total.
Menyikapi anjloknya angka kelahiran, Perdana Menteri Fumio Kishida kini menjadikan kebijakan pengasuhan anak sebagai prioritas pemerintah. Pada Juni 2023, pihaknya meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong warga Jepang agar mau membesarkan anak. Tujuannya, tak lain membalikkan angka kelahiran yang menurun.
Di antara rumah tangga ini, sebanyak 49,3 persen di antaranya memiliki satu anak, kemudian 38 persen memiliki dua anak. Sedangkan rumah tangga dengan tiga anak atau lebih mencapai 12,7 persen.
Angka Kelahiran di Jepang Anjlok, Sudah Separah Apa Kondisinya?
Sebelumnya pada awal tahun ini, Kementerian sempat mencatat bahwa jumlah bayi yang lahir di Jepang pada 2022 turun hingga mencapai jumlah di bawah 800.000 untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899.
Kishida juga sempat menyampaikan prediksinya, yang menyebut pada 2030 mendatang, ada kemungkinan jumlah populasi warga muda di Jepang akan punah.
"Populasi kaum muda akan mulai menurun secara drastis pada tahun 2030-an. Jangka waktu hingga saat itu adalah kesempatan terakhir kita untuk membalikkan tren penurunan kelahiran," beber Kishida saat itu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jumlah Keluarga Jepang yang Punya Anak Anjlok, Terjun Bebas di Bawah 10 Juta"