Hagia Sophia

03 September 2023

Gejala Long COVID-19 Sering Muncul dan Terjadi pada Otak

Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/oonal

Beberapa orang yang pernah terkena COVID-19 mengalami gejala berkepanjangan atau disebut sebagai long COVID. Sebuah studi di Inggris mengungkapkan beberapa gejala jangka panjang yang bisa muncul lebih banyak terjadi pada otak.

Sekitar 1.837 orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID, peneliti mengatakan dua protein darah menunjukkan pembekuan darah sebagai salah satu penyebabnya.

Dari studi itu, diperkirakan 16 persen pasien mengalami kesulitan berpikir, berkonsentrasi, atau mengingat setidaknya selama enam bulan. Kondisi itu juga dapat dialami oleh seseorang yang mengalami infeksi COVID-19 yang lebih ringan.

Namun, tim peneliti dari Universitas Oxford dan Leicester menegaskan temuan itu hanya relevan untuk pasien di rumah sakit. Selain itu, mereka juga hanya melacak masalah kognitif dalam jangka waktu 6 dan 12 bulan melalui tes dan kuesioner, yang mungkin 'kurang sensitif'.

"Mengidentifikasi prediktor dan mekanisme yang mungkin terjadi adalah 'langkah kunci' dalam memahami kabut otak pasca COVID-19," kata penulis studi Prof Paul Harrison, dari Universitas Oxford, dikutip dari BBC.

"Ini adalah kombinasi dari kesehatan seseorang sebelumnya, peristiwa akut itu sendiri, dan apa yang terjadi setelahnya yang menimbulkan konsekuensi kesehatan fisik dan mental," imbuhnya Profesor pengobatan pernapasan di Leicester, Chris Brightling.

Di sisi lain, studi COVID-19 Pasca Rawat Inap (PHosp-COVID) yang diterbitkan di Nature Medicine memberikan pandangan yang berbeda. Mereka menyalahkan kadar protein fibrinogen dan fragmen protein D-dimer atau zat yang yang terlibat dalam proses bekuan darah, lebih tinggi sebagai penyebab kabut otak.

"Baik fibrinogen dan D-dimer terlibat dalam pembekuan darah sehingga hasilnya mendukung hipotesis bahwa pembekuan darah adalah penyebab masalah kognitif pasca-COVID," imbuh penulis studi Dr Max Taquet, dari Oxford.

"Fibrinogen mungkin secara langsung bekerja pada otak dan pembuluh darahnya, sedangkan D-dimer sering kali mencerminkan pembekuan darah di paru-paru dan masalah di otak mungkin disebabkan oleh kekurangan oksigen," pungkasnya.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Studi Bawa Kabar Nggak Enak, Ini yang Terjadi pada Otak Pasca Kena COVID-19"