Polusi di Jakarta. (Foto: DetikHealth/Averus Al Kautsar) |
Belum lama ini, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut tren polusi udara di Jabodetabek telah melewati batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada Juli 2023, terlihat rata-rata PM 2.5 di Jabodetabek di atas 50 mikrogram per meter kubik.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama, juga ikut menyoroti tren tersebut. Menurutnya, baik soal polusi udara maupun masalah kesehatan lainnya, setiap negara tidak harus seluruhnya mengacu pada WHO.
"Setiap negara 'tidak harus 100 persen' mengikuti WHO, masing-masing negara dapat menentukan kriteria sendiri. Demikian juga kebijakan kesehatan lainnya, kita juga tidak semua sama persis dengan rekomendasi WHO," terangnya melalui keterangan tertulis diterima detikcom, Sabtu (2/9/2023).
"Khusus tentang kadar PM2.5 versi WHO, maka angka yang dipakai sekarang adalah angka baru. Dengan angka ini, maka sekitar 90 persen anak-anak di dunia terpapar dengan polusi di atas ambang batas WHO," lanjut Prof Tjandra.
Prof Tjandra mengungkapkan negara lain juga memiliki ambang batas yang berbeda. Data dari publikasi Air Quality Life Index (AQLI) 29 September 2021 tentang polusi di India, mengatakan tingginya kadar polusi udara saat itu dapat berdampak pada penurunan rentang usia (life span).
Pada kasus tersebut, penduduk New Delhi memiliki rentang usia yang lebih pendek dari 11,9 tahun, jika menggunakan batas aman menurut WHO.
"Analisa lain, kalau menggunakan data standar polusi nasional India, maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun," tuturnya.
Meski begitu, Prof Tjandra menekankan bahwa polusi udara ini adalah masalah yang serius walaupun diukur dengan standar apapun. Ia mendorong pemerintah agar segera mencari solusi lain untuk mengatasi masalah tersebut.
"Jadi jauh lebih penting sekarang melakukan upaya terobosan 'out of the box', agar polusi dapat segera terkendali," kata Prof Tjandra.
"Agar dampak jangka pendek yang sudah terlanjur terjadi jangan sampai menjadi dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kata Pakar soal Polusi Jabodetabek yang Disebut Tak Penuhi Standar WHO"