Hagia Sophia

13 October 2023

Beberapa Fakta Tentang Kamitetep Serta Cara Obati Gigitannya

Penampakan kamitetep (Phereoeca uterella) dan habitatnya. Tampak selubung atau bungkus seperti biji labu yang terbuat dari debu dan kotoran. (Foto: Dwi Kukuh Wandari via detikHealth)

Kamitetep (Phereoeca uterella) merupakan serangga sejenis ngengat yang kerap muncul di dinding rumah. Tidak seperti yang banyak diyakini, kamitetep sebenarnya tidak menggigit meski memang bisa memicu gatal-gatal.

Menurut pakar ilmu serangga dan hama tumbuhan dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Ir Edhi Martono, M.Sc, PhD, gatal-gatal saat terkena kamitetep disebabkan oleh debu dan kotoran yang membentuk selimut atau selubung larvanya. Kamitetep juga bukan termasuk hewan yang mengeluarkan racun.

"Kalau dia beracun, maka dia itu mesti mempunyai cara untuk membuat racun itu sampai kepada lawannya. Dia kan tidak menyemprotkan, dia tidak menggigit," jelasnya dalam perbincangan dengan detikcom baru-baru ini.

Beberapa fakta terkait efek gatal-gatal akibat kamitetep yang terangkum sebagai berikut.

1. Nama ilmiah dan taksonomi kamitetep
Kamitetep memiliki nama ilmiah Phereoeca uterella, termasuk famili ngengat atau Tineidae. Bersama kupu-kupu, hewan ini masuk dalam ordo Lepidoptera. Taksonomi kamitetep:
  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Arthropoda
  • Kelas: Insecta
  • Ordo: Lepidoptera
  • Famili: Tineidae
  • Genus: Phereoeca
  • Spesies: Phereoeca uterella
Kamitetep yang dikenal dalam keseharian adalah fase ulat yang membungkus dirinya dengan debu dan kotoran. Bungkus tersebut bisa dikenali dengan bentuknya yang khas yakni seperti biji labu.

Sebutan kamitetep lazim dipakai di Jawa Tengah dan sekitarnya. Beberapa sebutan lain yang digunakan dalam keseharian adalah 'ulat tembok'.

"Aku tahunya itu tuh kamitetep atau ulat tembok," kata Rara, seorang mahasiswa di Bandung, Jawa Barat, kepada detikcom.

2. Siklus hidup kamitetep
Seperti halnya kupu-kupu, kamitetep dan keluarga ngengat pada umumnya memiliki metamorfosis yang sempurna. Artinya, ia melewati fase larva atau ulat dan kepompong atau pupa sebelum menjadi ngengat dewasa.

"Seekor induk dewasa akan bertelur sebanyak 200 butir telur dengan waktu menetas sekitar 10 hari atau lebih. Setelah menetas, muncul larva yang hidup sekitar 50 hari," jelas Prof Edhi.

3. Habitat dan perilaku kamitetep
Prof Edhi menyebut, kamitetep sebetulnya tidak dikategorikan sebagai hewan yang mengganggu manusia. Karenanya, tidak terlalu banyak penelitian dilakukan terhadap kamitetep.

"Berbeda dengan wereng misalnya, semua orang bicara tentang wereng, kemudian kemarin ada yang menyerang jagung dan sebagainya itu banyak yang dicari soal itu," jelasnya.

"Kalau kamitetep ini kan baru-baru saja muncul dan menjadi topik pembicaraan, sehingga kalau mencari rujukan yang ilmiah itu nampaknya memang belum banyak, atau bahkan belum ada," lanjut Prof Edhi.

Umumnya, kamitetep hidup di temboh rumah yang tidak terlalu lembab maupun kering. Kamitetep menyukai tempat berdebu dan agak kotor, dan kerap bersembunyi di ceruk maupun retakan tembok.

"Dia makanannya antara lain adalah serangga yang sudah mati, semut yang udah mati," papar Prof Edhi.

4. 'Gigitan' kamitetep
Gatal-gatal saat berkontak dengan kamitetep bukan disebabkan oleh gigitan maupun racun yang dihasilkan. Kamitetep bahkan tidak memiliki racun, maupun bulu beracun seperti ulat bulu.

"Kalau kamitetep langsung, karena badannya diselubungi oleh kotoran itu, sehingga kotoran itulah yang menyebabkan kemudian menjadi gatal-gatal," jelas Prof Edhi.

5. Ciri-ciri terkena kamitetep
Karena pemicu utamanya adalah kontak dengan debu, gatal-gatal saat terpapar kamitetep pada dasarnya tidak begitu berbeda dengan gatal pada umumnya. Meski demikian, praktisi kesehatan kulit Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra SpKK, SubspOBK, FINSDV, FAADV menyebut ada beberapa gejala yang bisa muncul saat terkena kamitetep:
  • kemerahan yang melebar
  • gatal pada area kulit kemerahan
  • pembengkakan
  • iritasi atau nyeri pada kulit.
"Kamitetep dapat menyebabkan gejala-gejala pada kulit, serangga ini juga dapat menimbulkan reaksi alergi," jelas dr Darma, sapaan akrabnya.

Kepada detikcom, Dwi Kukuh Wandari alias Wanda, seorang mahasiswi di Denpasar menceritakan pengalamannya terkena kamitetep. Reaksi pertama yang dialaminya adalah tangan dan badannya gatal-gatal disertai bentol kemerahan.

"Bentolnya itu kayak satu-satu gitu lo, kayak ada titik di tengahnya gitu. Tapi aku nggak tahu itu warna hitam atau merah soallnya udah lama, habis itu nggak pernah kena lagi soalnya," kata Wanda yang mengaku memang punya kulit sensitif.

6. Kena kamitetep obatnya apa?
Pertolongan pertama saat kena kamitetep, menurut dr Darma adalah dengan segera mencuci bagian tubuh yang terpapar dengan air sabun. Garukan cenderung akan memperparah gejala, sedangkan kompres dingin bisa mengurangi gatal maupun sakitnya.

"Jika keluhan memburuk segera berobat ke dokter," saran dr Darma.

7. Obat herbal-tradisional untuk kamitetep
Tidak ada bukti ilmiah bahwa bawang putih bisa mengatasi gatal-gatal karena kamitetep, malah dikhawatirkan bisa memperparah gejala. Karenanya, dr Darma menyarankan untuk menghindari terapi tersebut.

Begitupun, dr Darma juga tidak menyarankan untuk mengoleskan minyak aromaterapi. Menggunakan salep antiradang pun sebaiknya hanya dilakukan atas petunjuk dari profesional kesehatan.

"Biar nggak dicoba macem-macem malah bisa jadi iritasi," saran dr Darma.

8. Kena kamitetep, kapan harus ke dokter?
Jika muncul gejala seperti rasa perih dan bengkak, dan tidak bertambah berat seiring berjalannya waktu, dr Darma menyarankan untuk berobat ke dokter. Terlebih jika disertai rasa sakit dan gatal yang parah.

9. Cara menghilangkan kamitetep
Berbeda dengan semut dan rayap yang hidupnya berkelompok atau berkoloni, kamitetep cenderung hidup menyendiri alias solitaire. Karenanya, tidak terlalu sulit untuk membasmi serangga ini.

"Jika sudah ada kamitetep tinggal dibersihkan saja, dan jangan hanya membersihkan yang ada ngengatnya tapi lingkungan sekitarnya juga dibersihkan," saran Prof Edi.

Kamitetep, menurut Prof Edhi juga tidak menyukai suhu dingin di ruangan ber-AC. Salah satu tujuan serangga ini membuat bungkus dari debu adalah untuk mendapatkan lingkungan yang hangat di dalamnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "9 Fakta Kamitetep, Efek 'Gigitan' hingga Cara Mengobatinya"