Foto: Getty Images/iStockphoto/BirdHunter591 |
Gelombang panas yang dirasakan dunia berdampak pada hilangnya kupu-kupu. Artinya, keseimbangan alam bisa terganggu.
Seorang penulis opini, yang juga penggemar flora dan fauna, bercerita tentang kekhawatirannya akan dampak pemanasan global terhadap kupu-kupu. Bunga yang ia tanam tidak didatangi kupu-kupu selama musim panas.
Hal ini selaras dengan laporan World Climatological Organization (WCO) dan organisasi-organisasi iklim dunia lainnya. Sejak bulan Juni hingga September, dunia terus diserang dengan rekor bulan terpanas dari yang pernah tercatat.
"Mustahil untuk tidak bertanya-tanya apakah panas itu ada hubungannya dengan hilangnya kupu-kupu dari taman penyerbuk saya," ujar Margaret Renkl seperti dilansir detikINET dari The New York Times, Minggu (15/10/2023)
Bahkan, saat ada seekor ulat raja tak sengaja singgah di pot rumput, ia langsung menjaganya hati-hati dan melindunginya dari tawon. Ini untuk mempertahankan ulat tersebut agar menjadi kupu-kupu.
Untungnya, di bulan Oktober kupu-kupu muncul dengan perlahan. Awalnya satu, kemudian satu lagi, dan akhirnya ada yang bertelur, mulailah ulat-ulat berdatangan memakan tanaman.
"Bulan Oktober biasanya tidak mendatangkan banyak kupu-kupu. Waktu untuk kupu-kupu adalah bulan September, dengan bunga-bunga pinggir jalan yang bermekaran," ujarnya yang resah atas pemanasan global.
Kupu-kupu memang dikenal lemah dalam bertahan hidup dan rawan jadi mangsa predator seperti tawon dan burung. Banyak orang tidak menyadari tahun ini kondisi iklim sangat berbahaya bagi serangga.
Musim semi yang membekukan dan musim panas yang kekeringan dapat memusnahkan segala jenis serangga. Padahal, hewan seperti kupu-kupu dan lebah punya tugas penting dalam penyerbukan dan membantu kelestarian tanaman bunga.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Dampak Gelombang Panas, Kupu-kupu Dikhawatirkan Menghilang"