Bantuan dari Mesir ke Gaza mulai masuk (Foto: AP Photo/Fatima Shbair) |
Bantuan pertama pengiriman bahan bakar melalui Mesir akhirnya memasuki wilayah Gaza, pada Jumat malam (17/11/2023). Israel menyetujui permintaan AS untuk mengizinkan masuknya bantuan secara terbatas saat situasi bagi 2,4 juta warga Palestina semakin menyedihkan. Digempur Israel melalui serangan darat dan udara selama enam pekan terakhir.
Penerimaan bahan bakar dilakukan ketika tentara Israel menyisir RS terbesar di Gaza dengan dalih mencari pusat operasi Hamas yang menurut mereka bersembunyi di bunker bawah RS.
Menanggapi permintaan AS, kabinet perang Israel dengan suara bulat setuju untuk menyediakan dua tanker bahan bakar sehari demi menjalankan fasilitas pengolahan air limbah yang menghadapi kehancuran karena kekurangan listrik, demikian penegasan penasihat keamanan nasional Tzachi Hanegbi.
"Kami mengambil keputusan itu untuk mencegah penyebaran epidemi. Kami tidak membutuhkan epidemi yang akan merugikan warga sipil atau pejuang kami," beber dia, dikutip dari Channel News Asia.
Israel mengatakan akan membiarkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza seiring peringatan PBB mengenai kelaparan dan penyakit.
Di sisi lain, menurut UNRWA, 70 persen orang tidak memiliki akses terhadap air bersih di Gaza selatan, tempat limbah mulai mengalir ke jalan-jalan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, 140.000 liter bahan bakar akan diperbolehkan setiap 48 jam, saat 20.000 liter di antaranya akan dialokasikan untuk generator guna memulihkan jaringan telepon.
Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan bahan bakar penting untuk distribusi bantuan ke seluruh Gaza, dan untuk berfungsinya layanan-layanan penting.
Dia mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa bahan bakar yang saat ini disediakan kepada UNRWA untuk mendistribusikan bantuan adalah hal yang diterima, tetapi cuma sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab kemanusiaan di Gaza.
Kebutuhan Listrik di RS
Ketika pasukan Israel melanjutkan operasi pencarian mereka di rumah sakit Al-Shifa Gaza pada Jumat, Kementerian Kesehatan RI setempat mengatakan 24 pasien telah meninggal dalam waktu 48 jam karena kurangnya bahan bakar untuk generator.
"Dua puluh empat pasien telah meninggal dalam 48 jam terakhir karena peralatan medis penting berhenti berfungsi karena pemadaman listrik," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra.
Lebih dari separuh rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi karena pertempuran, kerusakan atau kekurangan, dan serangan Israel terhadap Al-Shifa menyebabkan kerusakan parah pada unit radiologi, pasien luka bakar, juga dialisis.
Video AFPTV menunjukkan anak-anak Palestina menunggu di ambulans di Deir al-Balah untuk dievakuasi ke Uni Emirat Arab melalui Rafah, pergi ke Mesir.
"Pada mulanya, mereka mengatakan kepada (kami) bahwa dia akan syahid. Dia mengalami patah tulang di tengkorak, panggul, dan pahanya," kata Adam al-Madhoun, ayah dari Kenza berusia empat tahun yang tangan kanannya diamputasi setelah Israel melakukan penyerangan ke kamp pengungsi Jabalia.
Kondisi warga sipil Palestina memburuk dengan cepat, PBB memperingatkan.
Lebih dari 1,5 juta orang terpaksa mengungsi, dan blokade Israel terhadap wilayah tersebut membuat warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan, demikian sorot kepala Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bantuan Mulai Masuk ke Gaza usai Warga Terancam Kelaparan-Risiko Penularan Penyakit"