Hagia Sophia

07 February 2025

Leukimia Jadi Kanker yang Paling Banyak Dijumpai pada Anak Indonesia, Ini Kata IDAI

Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/jarun011)

Kisah Devin Nur Faeyza yang belakangan viral karena mengidap leukemia atau kanker darah di usia 6 tahun merupakan satu dari sekian banyak anak yang berjuang dengan kondisi yang sama. Data Global Burden of Cancer (Globocan) pada 2008 hingga 2022 menunjukkan kenaikan kanker anak bahkan mencapai 40 persen.

Jenis kanker yang paling banyak ditemui pada anak adalah kanker darah. Berikut daftarnya di Indonesia, mengacu pada Globocan 2022:
  • Leukemia Limfoblastik: 2.963 kasus
  • Leukemia Myeloblastik Akut: 694 kasus
  • Retinoblastoma: 523 kasus
  • Osteosarkoma: 427 kasus
  • Limfoma maligna Non-hodgkin (kecuali Burkitt Limfoma): 337 kasus
  • Nefroblastoma dan tumor ginjal nonepitel lainnya: 310 kasus
  • Neuroblastoma ganglioneuroblastoma: 274 kasus
  • Rabdomiosarkoma: 272 kasus
  • Leukemia Myeloblastik kronis: 243 kasus
  • Tumor ganas sel geminal gonad ganas: 233 kasus

Apa Pemicunya?

Pemicu kanker pada anak belum benar-benar bisa dipastikan, tetapi ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah obesitas yang menyebabkan anak mengalami inflamasi atau peradangan kronis.

Hal ini diutarakan Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga Prof Dr dr I Dewa Gede Ugrasena SpA (K).

"Jadi obesitas itu diidentifikasi sebagai faktor risiko. Kita tahu bahwa obesitas itu banyak lemak, itu peradangan kronis. Jadi kelebihan jaringan lemak pada tubuh dapat menyebabkan kronik inflamasi, peradangan kronis ya," kata pria yang akrab disapa Prof Ugra dalam diskusi daring, Selasa (4/2/2025).

Peradangan pada anak disebutnya dapat mendukung pertumbuhan sel abnormal yang menjadi bibit kanker. Terlebih, anak dengan kondisi obesitas juga umumnya mengalami gangguan keseimbangan hormon serta metabolisme.

Hal ini juga kerap diikuti dengan peningkatan kadar insulin. Saat kedua gangguan tersebut terjadi, risiko munculnya sel abnormal yang berkembang menjadi kanker sulit dihindari.

"Jadi yang kita tahu bahwa insulin dan insulin growth factor ini, keduanya berperan di dalam pertumbuhan sel. Jadi gangguan ini bisa meningkatkan risiko terjadinya mutasi atau proliberasi yang tidak terkendali nanti yang bisa menyebabkan timbulnya kanker," beber dia.

Meski begitu, Prof Ugra menilai perlu penelitian lebih lanjut untuk benar-benar memastikan keterkaitan keduanya.

Senada, Ketua UKK Hemato Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eddy Supriyadi SpA (K) PhD menyebut Indonesia perlu memiliki studi yang bisa melihat keseluruhan antara hubungan obesitas dengan kanker anak.

Sebagai data awal, bisa terlihat dari perbandingan data proporsi kanker pada anak yang mengalami obesitas dengan tidak obesitas.

"Kita perlu studi, nah untuk itu kita akan perlu pentingnya registrasi secara nasional. Termasuk kalau status gizi yang normal, underweight, atau obesity, itu seberapa besar yang kita temui pada populasi kanker," kata Eddy.

dr Eddy menekankan kanker pada anak dan dewasa secara profil biologis sangatlah berbeda.

"Biasanya kanker dewasa terjadi karena pola makanan dan lingkungan, tapi di anak-anak lebih pada faktor genetik, dan banyak kejadian yang akut atau mendadak," ungkapnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Leukemia Jadi Jenis Kanker Terbanyak pada Anak RI, IDAI Bicara Pemicunya"