Hagia Sophia

16 June 2025

Kelompok Orang Ini Tak Boleh Jalan Kaki Terlalu Jauh, Siapa Saja?

ilustrasi (istimewa)

Jalan kaki dikenal sebagai olahraga murah dengan segudang manfaat. Aktivitas ini bisa menurunkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga diabetes. Bukan cuma itu, rutin melangkah juga membantu menjaga berat badan ideal dan memperkuat otot serta tulang.

Namun hati-hati, jalan kaki pun ada batasnya. "Seperti halnya aktivitas fisik lainnya, jalan kaki juga bisa berlebihan," ujar para ahli.

Belakangan, tren 'hot girl walk' ramai di TikTok. Konsepnya simpel, jalan kaki di luar sambil refleksi diri. Tagar #hotgirlwalk bahkan sudah dibanjiri ribuan unggahan. Ada juga tren urban hiking, yakni jalan kaki sejauh 10-15 mil (sekitar 16 hingga 24 km) per hari di tengah kota.

"Tak ada batasan maksimal mutlak untuk jalan kaki atau jenis olahraga lain," ujar dr Randy Cohn, ahli bedah ortopedi dan dokter kedokteran olahraga dari Northwell Health, New York.

Menurutnya, manfaat jalan kaki jarak jauh bisa sangat besar. Selain menjaga kesehatan jantung dan menurunkan risiko diabetes tipe 2, menambah langkah juga bisa memperpanjang usia.

Hal itu dibuktikan lewat studi tahun 2020 yang melibatkan lebih dari 4.800 orang dewasa di AS. Hasilnya, semakin banyak langkah yang ditempuh dalam sehari, semakin rendah pula risiko kematian dari berbagai penyebab.

Meskipun kebanyakan dari kita dianjurkan untuk lebih banyak bergerak dan menambah jumlah langkah harian, ternyata ada kelompok orang yang harus berhati-hati agar tidak berjalan terlalu jauh.

Siapa Saja?

Orang dengan masalah jantung dan paru-paru seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung perlu ekstra waspada saat berjalan jauh karena aktivitas ini dapat meningkatkan detak jantung, menurut Dr. Cohn. "Jika peningkatan detak jantung bisa membahayakan seseorang, harus sangat berhati-hati dan berkonsultasi dengan tim medis sebelum memulai rencana olahraga," ujarnya.

Masalah otot dan sendi pada kaki juga bisa menjadi alasan untuk membatasi jarak berjalan. "Orang dengan gangguan pada kaki dan tungkai bawah seperti radang sendi lutut perlu berhati-hati agar tidak berjalan terlalu banyak dalam sehari agar tidak memperburuk kondisi tersebut," kata Cohn, dikutip dari Everyday Health.

Penggunaan sepatu jalan yang berkualitas dan pas juga bisa membantu mengurangi risiko nyeri, terutama bagi pengidap radang sendi.

Selain itu, orang dengan penyakit pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serta lansia, juga sebaiknya tidak terlalu memaksakan diri berjalan jauh. "Risiko jatuh adalah kekhawatiran besar pada kelompok lansia, jadi mereka harus menghindari kelelahan berlebih agar tidak terjadi kecelakaan," jelasnya.

Berjalan jauh bisa membuat tubuh terasa segar, meski mungkin akan terasa pegal setelahnya. Namun, aktivitas ini seharusnya tidak menyebabkan cedera akibat penggunaan berlebihan.

"Cedera akibat penggunaan berlebihan terjadi ketika suatu gerakan dilakukan secara berulang-ulang hingga melukai ligamen, tendon, atau otot," jelas April Gatlin, praktisi olahraga bersertifikasi yang berbasis di Chicago.

Bagaimana mengenalinya? Perhatikan tanda-tanda fisik. "Jika ada rasa sakit di persendian, tubuh terasa kaku, atau muncul sensasi yang tidak biasa di sendi, kurangi jarak tempuh atau istirahatlah sehari," kata Gatlin. Konsultasikan ke dokter jika rasa sakit tidak kunjung membaik atau kembali muncul setelah istirahat.

Gejala lain bahwa tubuh terlalu lelah antara lain gangguan tidur, perubahan suasana hati seperti mudah marah atau cemas, serta peningkatan detak jantung saat istirahat. Ini bisa menjadi sinyal bahwa tubuh mengalami stres berlebih dan perlu waktu untuk pulih.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kelompok Orang yang Tak Boleh Jalan Kaki Terlalu Lama Menurut Dokter, Siapa Saja?"