Kondom jadi alat kontrasepsi bagi pria. (Foto: istock) |
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional DI Yogyakarta (BKKBN) menghimbau suami untuk menjadi peserta keluarga berencana. KB yang dilakukan oleh pria dinilai memiliki risiko yang lebih minim dibandingkan KB yang dilakukan wanita.
"KB Pria jauh lebih kecil risikonya. Kondom nyaris tidak berisiko karena jarang ditemui pengguna yang menderita alergi lateks. Paling hanya merasa kurang nyaman dan kurang praktis saja, selain itu kondom jarang dikeluhkan," ucap Kepala BKKBN DIY Shodiqin, SH MM dikutip dari rilis resminya, Minggu (7/5/2023).
Ada banyak efek samping yang dapat dialami wanita ketika melakukan program keluarga berencana. Alat kontrasepsi hormonal berupa pil, suntik, atau implan dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dan dapat meningkatkan risiko haid menjadi tidak teratur.
Dalam beberapa kasus alat kontrasepsi hormonal juga dapat menyebabkan kegemukan dan muka berjerawat. Selain itu, alat kontrasepsi non-hormonal seperti IUD juga bisa menyebabkan pendarahan atau sakit ketika berhubungan badan jika tidak dipasang dengan benar.
Walaupun program KB Pria sangat minim risiko, hingga saat ini kepesertaan KB Pria masih sangat rendah.
"Data menunjukkan bahwa cakupan peserta aktif KB Pria (MOP dan kondom) dibandingkan total peserta KB aktif masih belum terlalu baik," ujar Shodiqin.
"Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa kesertaan pria dalam ber-KB masih rendah yaitu sebesar 2,7 persen yang terdiri atas kondom sebesar 2,5 persen dan MOP atau vasektomi sangat kecil hanya 0,2 persen," sambungnya.
Adapun menurut data Sistem Informasi Keluarga (New Siga) BKKBN tahun 2022, jumlah kepesertaan pria dalam melakukan keluarga berencana yaitu dengan kondom sebesar 2,2 persen dan vasektomi sebesar 0,25. Capaian total 2,48 persen peserta KB pria tidak sampai dari separuh target sebesar 5,33 persen.
Shodiqin menjelaskan hal tersebut tidak lepas dari persepsi dan mitos salah yang masih berkembang di tengah masyarakat.
"Masih kentalnya salah pemahaman bahwa KB adalah urusan ibu-ibu. Mitos atau salah persepsi bahwa vasektomi sama seperti kebiri yang menyebabkan hilangnya gairah, dan masih jarangnya tokoh dan pemuka masyarakat yang meneladankan ber-KB menjadi penyebab utama rendahnya capaian KB Pria khususnya vasektomi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "BKKBN Sebut Pria Masih Ogah Pakai Alat Kontrasepsi, Kenapa?"