Foto: Getty Images/iStockphoto/yasuhiroamano |
Viral pemberitaan roti yang diduga mengandung senyawa sodium dehydroacetate. Kandungan ini pun ramai menjadi perbincangan.
Sodium dehydroacetate disebut merupakan zat pengawet yang biasa terkandung di produk kosmetik. Senyawa tersebut diketahui belum terdaftar sebagai bahan pengawet makanan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Sodium dehydroacetate adalah garam natrium dari asam dehidroasetat (DHA) berbentuk bubuk berwarna putih, tidak memiliki rasa dan bau.
Mengutip INCIGuide, Karena sifatnya yang antimikroba, senyawa ini kerap digunakan sebagai pengawet. Bahkan, zat ini tetap bekerja efektif pada konsentrasi yang sangat rendah, yaitu 0,6% untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Biasanya, sodium dehydroacetate digunakan dalam produk kosmetik atau kecantikan seperti sunscreen, produk mandi, produk perawatan rambut dan kuku, eyeshadow, pelembab, dan pasta gigi.
Di beberapa negara, salah satunya Amerika Serikat, zat tersebut dianggap aman digunakan dalam kosmetik setelah diuji oleh Cosmetic Ingridient Review (CIR) pada 2023.
Bagaimana dengan di Indonesia? BPOM juga telah menguji dan menyatakan sodium dehydroacetate aman digunakan sebagai bahan kosmetik dengan kadar maksimum 0,6%. Namun, zat tersebut dilarang digunakan dalam aerosol atau semprotan.
Sodium dehydroacetate pada makanan
Sodium dehydroacetate juga bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan tergolong aman. Dikutip dari Food Addictive, Jumat (26/7/2024) sodium dehydroacetate banyak digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, produk farmasi, hingga makanan seperti roti. Hal ini dikarenakan senyawa tersebut dapat meningkatkan stabilitas makanan, dengan demikian memperpanjang umur simpan.
Sodium dehydroacetate dapat langsung ditambahkan ke makanan untuk pencampuran atau dicampur dengan bahan lain terlebih dahulu. Selain itu, dapat dibuat menjadi larutan untuk perendaman makanan, penyemprotan atau perawatan permukaan, tergantung pada jenis makanannya.
Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof Dr Ir Hardinsyah, MS, juga mengungkap pengawet ini banyak digunakan untuk kosmetik. Namun ada sejumlah negara yang mengizinkannya sebagai pengawet pada pangan dalam kadar tertentu.
"Beberapa negara seperti Amerika memperbolehkan untuk BTP, tetapi dengan jumlah yang sedikit banget. Jadi kita dalam kehati-hatian sih memang harus jelas regulasinya, diperkuat pengawasan, karena kan batas yang diperbolehkan kecil sekali," tuturnya seperti dikutip dari detikHealth.
Dampak bahaya pada kesehatan
Mengacu penelitian pada hewan, Prof Hardin mengatakan sodium dehydroacetate bisa menyebabkan iritasi dan luka pada saluran cerna termasuk lambung. Bahkan pada penggunaan di level atau kadar tinggi bisa memicu risiko jangka panjang termasuk gangguan pada jantung hingga kanker.
Meski begitu, ia mengungkap studi bahaya pengawet sodium dehydroacetate sampai saat ini masih relatif terbatas. Terlebih baru dilakukan atau diuji coba pada hewan.
"Penelitiannya masih pada hewan. Karena memang batasnya tipis, orang nggak mau nyobain ke manusia lah, karena itu jadi dasar dugaan kajian-kajian pada animal trial kepada zat yang berpotensi pada level tertentu bisa jadi berbahaya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Apa Itu Sodium Dehydroacetate yang Ada di Roti, Ini Fakta Ilmiahnya"