Foto: ilustrasi/Thinkstock |
Pernahkah detikers mendengar tentang diabetes insipidus? Meski namanya mirip, kondisi ini sangat berbeda dengan diabetes melitus atau yang dikenal juga sebagai kencing manis.
Berbeda dengan diabetes melitus, diabetes insipidus tidak terkait dengan kadar gula darah atau pola makan. Namun, keduanya sama-sama menyebabkan gejala sering minum dan sering buang air kecil.
Diabetes insipidus pun lebih jarang terjadi dibandingkan diabetes melitus. Kenali pengertian, gejala, dan pengobatan diabetes insipidus di artikel berikut.
Apa Itu Diabetes Insipidus?
Mengutip Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, diabetes insipidus adalah kondisi di mana seseorang terus merasa haus dan kerap minum, sehingga memproduksi urine yang berlebih. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi termasuk kondisi yang cukup langka.
Penyebab Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus disebabkan oleh gangguan pada hormon yang disebut ADH (Anti-Diuretic Hormone). Hormon ini bertugas mengontrol kadar cairan dalam tubuh dengan cara mengatur kadar urine yang dihasilkan ginjal. Jika tubuh sedang membutuhkan lebih banyak cairan, ADH akan bekerja dan tubuh akan memproduksi lebih sedikit urine.
Diabetes insipidus bisa terjadi bila tubuh kekurangan ADH atau kerja ADH terganggu.
Gejala Diabetes Insipidus
Pengidap diabetes insipidus akan mengalami gejala-gejala berikut.
- Selalu merasa sangat haus meski sudah minum banyak air
- Sering buang air kecil dalam jumlah banyak
- Urine berwarna pucat atau tidak berwarna
- Sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil atau mengompol saat sedang tidur
- Lelah, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi dalam aktivitas sehari-hari.
Jenis dan Pengobatan Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya. Pengobatannya pun berbeda-beda tergantung penyebabnya.
1. Diabetes Insipidus Kranial/Sentral
Diabetes insipidus kranial atau diabetes insipidus sentral terjadi akibat kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar pituari. Hipotalamus adalah bagian otak yang memproduksi ADH, sementara kelenjar pituari bertugas menyimpan ADH.
Penyebab diabetes insipidus kranial antara lain tumor otak, cedera kepala berat, operasi otak atau kelenjar pituari, sampai kelainan genetik.
Mengutip Mayo Clinic, diabetes insipidus kranial yang disebabkan oleh tumor otak dapat diobati dengan menangani tumor tersebut terlebih dahulu.
Pengobatan lebih lanjut bisa menggunakan hormon buatan yang disebut desmopressin sebagai pengganti ADH.
2. Diabetes Insipidus Nefrogenik
Diabetes insipidus nefrogenik terjadi akibat kelainan pada struktur ginjal sehingga ginjal tidak dapat merespon ADH dengan baik.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat efek samping penggunaan lithium jangka panjang, penyumbatan saluran kemih, dan kadar kalsium atau kalium yang berlebih.
Diabetes insipidus jenis ini mengakibatkan ginjal tidak merespon ADH, sehingga desmopressin menjadi tidak efektif. Pengobatan bisa dilakukan dengan menjalani diet rendah garam untuk mengurangi urine yang diproduksi ginjal.
Pengobatan menggunakan hydrochlorothiazide juga bisa dilakukan untuk mengurangi produksi urine bagi pengidap diabetes insipidus nefrogenik.
3. Diabetes Insipidus Dipsogenik
Diabetes insipidus dipsogenik disebabkan oleh gangguan pada pengiriman sinyal rasa haus dari otak. Ini menyebabkan seseorang selalu merasa sangat haus dan minum lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Sama seperti diabetes insipidus kranial, diabetes insipidus dipsogenik dapat disebabkan oleh cedera kepala, tumor otak, dan operasi otak.
Mengutip Cleveland Clinic, belum ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi diabetes insipidus dipsogenik. Namun, mengonsumsi desmopressin dalam dosis kecil dapat membantu mengurangi kecenderungan buang air kecil.
4. Diabetes Insipidus Gestasional
Diabetes insipidus jenis ini hanya dialami oleh ibu hamil. Kondisi ini bisa terjadi karena plasenta menghasilkan enzim yang merusak ADH. Penyebab lainnya dalah produksi prostaglandin yang meningkat, sehingga ginjal menjadi kurang sensitif terhadap ADH.
Diabetes insipidus gestasional biasanya akan sembuh setelah melahirkan, tetapi bisa muncul kembali di kehamilan selanjutnya.
Sama seperti diabetes insipidus kranial, diabetes insipidus gestasional bisa diobati dengan desmopressin.
Itu dia pengertian, gejala, dan pengobatan diabetes insipidus. Jika detikers mengalami kondisi ini, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Mengenal Diabetes Insipidus, Gejala, dan Pengobatannya"