Hagia Sophia

22 March 2024

Pengakuan Profesor Kodokteran Korsel yang Akan Ikut Resign Massal

Dokter di Korsel mogok kerja. (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji)

Sistem layanan kesehatan di Korea Selatan berada di tengah ancaman 'krisis' dokter bila aksi mogok kerja dan resign massal terus berlanjut. Bahkan, sejumlah profesor kedokteran bakal ikut mengundurkan diri mulai pekan depan Senin (25/3/2024) jika pemerintah terus memperbanyak kuota pembukaan fakultas kedokteran, dengan dalih kekurangan dokter.

Para dokter menilai langkah mencetak dokter sebanyak-banyaknya tidak tepat, alias mengesampingkan kualitas SDM, yang nantinya dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan pasien, terlebih bila berujung malpraktek.

Sejumlah profesor kedokteran, yang seringkali memiliki peran ganda sebagai dokter di rumah sakit, mengakhiri keterlibatan mereka dalam perawatan pasien dan prosedur bedah mulai pekan depan. Padahal, selama ini mereka sebagai dokter senior membantu mengisi kekosongan pelayanan imbas mogok kerja para dokter muda.

Namun, belakangan, mendukung protes mayoritas dokter terkait kebijakan baru, profesor kedokteran ikut memprotes kebijakan penanganan Korsel terkait jumlah dokter.

Dari 20 universitas kedokteran, 16 di antaranya sangat mendukung pengajuan surat pengunduran diri, sementara empat fakultas lainnya masih mengumpulkan pendapat apakah akan ikut serta dalam langkah tersebut. Nama-nama sekolah tersebut belum terungkap.

Menyusul pengumuman itu, Menteri Kesehatan Cho Kyoo-hong menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan kolektif para profesor pada pertemuan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan di hari Minggu, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan nyawa dan kondisi kesehatan pasien.

"(Pemerintah) berharap para profesor bisa mendampingi pasiennya untuk mencegah kekhawatiran publik yang semakin besar. (Kami) akan secara aktif mendengarkan pendapat para profesor," kata Cho dalam siaran persnya.

Pernyataan tersebut muncul setelah kelompok profesor pada hari Sabtu mengatakan kalangan medis dapat menemukan jalan tengah jika pemerintah mundur dari penambahan 2.000 kuota untuk penerimaan sekolah kedokteran dari saat ini 3.508 fakultas kedokteran.

Pengakuan Profesor Kedokteran di Korsel

Bang Jae-seung, Ketua Komite Darurat Profesor Sekolah Kedokteran, menggambarkan tindakan para profesor sebagai tekad untuk menyelesaikan situasi dengan cepat, meskipun mendapat kritik keras dari masyarakat.

"Keputusan (kami) untuk meninggalkan sekolah dan rumah sakit datang dengan berat hati. Namun pilihan ini merupakan upaya terakhir bagi para ahli (medis) untuk meningkatkan dan mengarahkan sektor pelayanan kesehatan penting ke arah yang lebih baik," ujarnya.

Meski demikian, Bang mengatakan para profesor kedokteran akan tetap menduduki jabatannya hingga proses pengunduran diri selesai.

Lebih banyak profesor kedokteran kemungkinan akan mengikuti tekanan pemerintah untuk mencari terobosan dengan mengajukan pengunduran diri mereka.

Komite tanggap darurat yang terdiri dari para profesor di fakultas kedokteran Universitas Nasional Kangwon pada hari Sabtu sepakat untuk mundur secara individual dari jabatan mereka jika pemerintah tidak juga melakukan dialog dengan para dokter.

Mayoritas profesor kedokteran di Universitas Ajou, Universitas Nasional Jeonbuk, Universitas Wonkwang, dan Universitas Konyang menjawab dalam survei internal mereka bahwa mendukung keputusan untuk mengambil tindakan.

Para profesor di Universitas Nasional Pusan berencana untuk melakukan survei minggu ini, serta menentukan tanggal spesifik dan metode pengajuan pengunduran diri mereka, tambah laporan.

Awal pekan lalu, Asosiasi Profesor Medis Korea, sebuah koalisi profesor dari 33 fakultas kedokteran mengeluarkan pernyataan bahwa kelompok tersebut akan mengambil tindakan kolektif jika ada kerusakan yang ditimbulkan pada dokter peserta pelatihan atau mahasiswa kedokteran, karena pemerintah tidak menunjukkan penerimaan membuka dialog untuk membatalkan rencana pembukaan kuota mahasiswa kedokteran.

Sebanyak 11.999 dokter peserta pelatihan di 100 rumah sakit pelatihan, atau 92,9 persen masih mangkir dari pekerjaannya hingga Kamis, menurut Kementerian Kesehatan. Pemerintah telah mengirimkan pemberitahuan penangguhan izin kepada sekitar 9.000 dokter junior sebagai bagian dari tindakan disipliner terhadap mereka.

Sementara itu, Asosiasi Wanita Medis Internasional mengeluarkan pernyataan pada akhir pekan bahwa mereka ikut mendukung mogok kerja tersebut.

"Wakil Menteri Kesehatan Park Min-soo menyatakan dengan jelas dalam arahan kebijakannya bahwa peningkatan proporsi dokter perempuan dan perbedaan jam kerja antara dokter laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting yang dia pertimbangkan ketika membuat keputusan kebijakan untuk meningkatkan pendaftaran sekolah kedokteran sebesar 2.000 siswa per tahun," bunyinya.

"Pernyataan resminya sebagai pejabat tinggi pemerintah dianggap meremehkan dan merendahkan profesionalisme dan kerja keras para dokter wanita serta menyebabkan kekecewaan dan tekanan yang meluas di kalangan praktisi medis wanita di semua tingkatan."


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pengakuan Profesor Kedokteran Korsel yang Bakal Ikut Resign Massal Pekan Depan"