Ilustrasi (Foto: AP/Moses Sawasawa) |
Puluhan pasien terbaring di kasur tipis di lantai bangsal isolasi darurat Mpox di Republik Demokratik Kongo timur. Para pekerja rumah sakit juga mulai kelelahan bergulat dengan kekurangan obat dan ruang untuk menampung pasien.
Republik Demokratik Kongo adalah salah satu wilayah yang dilanda wabah Mpox. Hal ini juga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan status darurat kesehatan global.
Menurut Kementerian Kesehatan RD Kongo, terdapat 19.710 kasus dugaan Mpox yang dilaporkan sejak awal tahun hingga 31 Agustus. Dari jumlah tersebut, 5.041 kasus terkonfirmasi dan 655 kasus berakibat fatal.
Vaksin akan tiba dalam beberapa hari untuk melawan jenis virus baru atau clade 1b. Di sisi lain Presiden Kongo Felix Tshisekedi telah mengizinkan pencairan dana pertama sebesar 10 juta dolar USD atau setara 155 miliar untuk melawan wabah tersebut.
Namun di kompleks rumah sakit di kota Kavumu, ada 900 pasien yang menunjukkan gejala telah dirawat selama tiga bulan terakhir, petugas kesehatan sangat membutuhkan dukungan.
"Kami kehabisan obat setiap hari," kata head doctor Musole Mulamba Muva, dikutip dari Reuters.
Musole juga mengatakan ada banyak tantangan yang harus diatasi dengan cara lokal, termasuk sumbangan dari organisasi internasional menyusut dengan cepat. Minggu lalu ada 135 pasien di bangsal Mpox, gabungan anak-anak dan orang dewasa, berdesakan di antara tiga tenda plastik besar yang dipasang di tanah lembab tanpa penutup lantai.
Kerabat yang biasanya menyediakan sebagian besar makanan di fasilitas umum yang kekurangan dana seperti rumah sakit Kavumu dilarang mengunjungi bangsal Mpox untuk menghindari kontaminasi.
Ketua tim tanggap Mpox Kongo, Cris Kacita, mengakui bahwa sebagian wilayah di negara Afrika tengah yang luas itu kekurangan obat-obatan dan pengiriman sumbangan, termasuk 115 ton obat-obatan dari Bank Dunia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Nasib Pasien Mpox di DR Kongo, Kekurangan Obat hingga Makanan di RS"