Hagia Sophia

12 February 2024

Untuk Menekan Jumlah Kasusnya, Menkes Minta Pengembangan Vaksin TBC Dipercepat

Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta percepatan ketersediaan vaksin tuberkulosis baru. Hal ini demi menekan jumlah kasus di masyarakat yang berdampak pada tingginya biaya perawatan saat jatuh sakit.

"Apabila eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, kita hanya memiliki 3 tahun untuk mengembangkan vaksin TBC agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus," ungkap Menkes Budi dalam Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke 37 di Kota Brasilia, Brazil.

Menkes Budi, yang menjadi board member dari negara terdampak TBC, meyakinkan seluruh anggota negara G20 agar melakukan investasi memadai sehingga vaksin baru bisa diakses selambatnya dalam tiga tahun mendatang.

Indonesia disebut Menkes aktif berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TBC. Pertama, vaksin besutan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF), yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, GSK, dengan teknologi protein rekombinan.

Dalam perkembangan vaksin tersebut, lebih dari 30 persen sampel penelitian merupakan warga Indonesia yang mungkin telah terinfeksi TBC.

Adapula vaksin besutan CansinoBio, perusahaan farmasi asal china bekerja sama dengan Etana, perusahaan biofarmasi Indonesia. Teknologi yang digunakan merupakan vektor virus, tetapi saat ini masih dalam fase uji klinis pertama.

Terakhir, vaksin asal Jerman, BioNTech yang populer dengan vaksin COVID-19 Pfizer mereka. Sama seperti COVID-19, vaksin TBC-nya juga menggunakan teknologi mRNA dan tengah penjajakan lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.

"Saya percaya dengan investasi ini kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," kata Menkes Budi.

Vaksin Apa yang Tersedia Saat Ini?

Vaksin TBC yang tersedia saat ini merupakan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Sejauh ini, bisa memberikan perlindungan parsial untuk mencegah infeksi berat pada bayi dan anak usia dini, tetapi sayangnya tidak untuk kelompok orang dewasa.

Karenanya, pengembangan vaksin TBC dengan efektivitas tinggi untuk semua usia jelas dibutuhkan, terutama untuk orang dewasa, minimal efikasi yang diharapkan dari suatu vaksin adalah 90 persen ampuh menurunkan insiden kasus dan 95 persen penurunan kematian akibat TBC.

Polemik lain yang diharapkan bisa diatasi dengan kehadiran vaksin TBC baru adalah kasus resistensi obat alias jenis tuberkulosis yang tidak merespons pengobatan standar saat umumnya efektif untuk mengobati infeksi.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Menkes RI Desak Pengembangan Vaksin TBC Baru Dikebut, Ini Alasannya"