Ilustrasi warga Jepang. (Foto: AP/Shuji Kajiyama) |
Enam orang meninggal dunia akibat heatstroke di Tokyo, Jepang karena gelombang panas musim hujan yang langka. Kondisi ini mendorong pihak berwenang mengeluarkan banyak peringatan kesehatan dan mendirikan 'shelter pendingin' dengan water mist di sekitar ibu kota.
Pihak berwenang meminta masyarakat untuk menghindari aktivitas fisik karena Kementerian Lingkungan Hidup mengeluarkan peringkat tingkat 'bahaya' tertinggi. Banyak orang dirawat di rumah sakit, dan beberapa di antaranya meninggal karena gejala sengatan panas.
"Ini adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa," kata salah satu warga bernama Hisako Ichiuji (60) ketika menggunakan fasilitas shelter pendingin di sekitar Menara Tokyo dikutip dari SCMP, Rabu (10/7/2024).
Selama akhir pekan, wilayah Shizuoka bagian tengah menjadi wilayah pertama di Jepang yang mengalami suhu mencapai 40 derajat celcius tahun ini. Angka tersebut jauh melampaui ambang batas 35 derajat celcius yang diklasifikasikan ahli cuaca sebagai 'sangat panas'.
Biasanya, fasilitas seperti pusat komunitas atau perpustakaan yang dilengkapi dengan AC merupakan bagian dari skema yang diadopsi tahun ini yang mewajibkan pemerintah daerah untuk memberikan masyarakat kelonggaran dari panas setelah peringatan dikeluarkan.
"Dulu suhunya tidak sampai seperti ini. Saya pikir penting untuk menjaga diri kita tetap terhidrasi dan berlindung di fasilitas seperti ini," curhat Hisako.
Panas ekstrem yang terjadi di musim hujan di Jepang ini jarang sekali terjadi. Kondisi ini muncul sebagian disebabkan oleh sistem tekanan tinggi yang kuat di Pasifik Selatan menurut pejabat badan cuaca Jepang.
Beberapa hari terakhir ini pihak berwenang mengeluarkan peringatan sengatan panas di sebagian besar negara. Pihaknya meminta warga untuk menghindari berolahraga di luar ruangan dan menggunakan AC.
Tokyo mencatat tiga kematian terkait heatstroke pada Sabtu dan tiga kematian baru pada Senin, ketika suhu mencapai 35 derajat pada tengah hari.
Heatstroke di Jepang bisa dapat begitu mematikan terlebih negara sakura tersebut memiliki salah satu populasi tertua di dunia. Lansia merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap heatstroke.
Kondisi ini juga berbahaya untuk bayi, orang yang tinggal sendirian, atau mereka yang terlalu miskin untuk membeli AC.
Asosiasi Pengobatan Akut Jepang memperingatkan peningkatan angka kematian akibat kelelahan panas secara nasional. Angkanya meningkat dari hanya beberapa ratus per tahun pada dua dekade lalu menjadi sekitar 1.500 pada tahun 2022.
Banyaknya jumlah korban jiwa menunjukkan bahwa heatstroke kini menimbulkan bahaya yang setara bencana alam besar menurut mereka.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jepang Bunyikan Alarm Bahaya Cuaca Panas usai 6 Warga Tewas Akibat Heatstroke"