![]() |
| RS PON Mahar Mardjono. Foto: Pradita Utama/detikcom |
Hingga saat ini, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof Dr dr Mahar Mardjono mencatat telah menangani 100 pasien operasi bypass. Salah satunya pada pasien stroke usia 3 tahun dengan kelainan moyamoya.
Direktur Utama RSPON, dr Adin Nulkhasanah SpS, MARS, menyebut angka tersebut merupakan kasus yang tercatat hingga hari ini, Minggu (30/11/2025).
Operasi bypass untuk stroke menjadi tindakan bedah saraf untuk membuat jalan pintas bagi aliran darah ke otak saat pembuluh darah utama tersumbat atau rusak. Prosedur ini dilakukan untuk mengalihkan darah melewati bagian bermasalah, sehingga memulihkan suplai darah ke otak dan mengurangi risiko stroke permanen, seperti pada kasus kelainan moyamoya atau penyempitan arteri karotis parah.
Dari total pasien yang ditangani, 69 persen di antaranya dilaporkan mengalami kelainan moyamoya atau moyamoya disease.
Penyakit ini ditandai dengan penyumbatan atau penyempitan arteri utama di dasar otak, yang memaksa otak untuk membentuk pembuluh darah kecil lemah dan kusut di area tersebut demi mengkompensasi aliran darah yang kurang. Penampakan kusut ini menyerupai kepulan asap, asal muasal nama moyamoya dalam bahasa Jepang.
Sementara sekitar 20 persen pasien lain terserang stroke karena faktor gaya hidup tidak sehat seperti merokok, juga kondisi kolesterol tinggi, diabetes, hingga hipertensi.
Pasien ke-100 merupakan pria usia 38 tahun, yang juga dengan kelainan moyamoya. dr Adin mengingatkan moyamoya ini bukan hanya terjadi pada usia dewasa, tetapi anak muda. RS PON bahkan sempat menangani kasus stroke yang bermula dari moyamoya, pada anak 3 tahun.
"Kita juga pernah menangani anak usia 3 tahun, datang sudah dengan serangan stroke berulang, sehingga dia dilakukan pemeriksaan untuk melihat pembuluh darahnya, ternyata moyamoya," bebernya kepada detikcom, Minggu (30/11/2025).
Spesialis bedah saraf dr Muhammad Kusdiansah, SpBS, menceritakan pasien tersebut semula mengeluhkan jatuh mendadak saat bermain. "Jadi lagi jalan, main, tiba-tiba jatuh," kata dia.
Pria yang akrab disapa dr Kus juga menyebut keluhan semacam ini umum dialami pasien stroke usia anak. Pada kasus balita lain, usia 4 tahun, si anak tiba-tiba tidak bisa berbicara setelah menangis.
"Nah mungkin ini orangtua perlu tahu ya, karena waktu nangis itu aliran darah ke otaknya terganggu, setelah nangis dia jadi nggak bisa ngomong," sambungnya.
dr Kus mengimbau orangtua tidak mengabaikan gejala tersebut, saat anak sering terjatuh, mengalami gangguan keseimbangan, terlihat lemas dari anak pada umurnya, hingga tampak wajah tidak simetris, sesegera mungkin membawa anak ke fasilitas kesehatan.
"Yang sudah bicara, terus bicaranya jadi susah, jadi ada hambatan, hal-hal itu menjadi tanda awal dan harus segera diperiksa karena stroke pada anak tidak lazim. Kalau tanda itu ditemukan, jangan-jangan itu suatu kelainan moyamoya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "RS PON Catat Kasus Stroke Anak 3 Tahun, Dokter Sebut Gejala Ini Kerap Terabaikan"
