Hagia Sophia

22 October 2022

Cerita Orangtua Saat Anaknya Idap Gagal Ginjal Misterius

Gagal ginjal akut misterius (Foto: Getty Images/iStockphoto/Sewcream)

Seorang balita di Jakarta Barat bernama Atharizz Abqary, meninggal dunia akibat gagal ginjal akut misterius. Balita yang berusia 2 tahun 11 bulan itu wafat usai menjalani sejumlah rangkaian perawatan di rumah sakit.

Iing Syahputra (38), ayah dari balita tersebut mengungkapkan bahwa awalnya sang anak mengalami gejala demam tinggi. Ia pun langsung membawa Abqary ke puskesmas untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter.

"Tanggal 6 September dikasih obat paracetamol sirup, obat batuk tablet, dan obat flu tablet. Sampai tanggal 8 dia panasnya nggak turun," ucapnya saat diwawancarai detikcom, Jumat (21/10/2022).

Namun, selang beberapa hari kondisi Abqary terlihat tak kunjung membaik dan tetap mengalami demam tinggi. Hal inilah yang membuat sang ibu, Rice khawatir dan langsung membawanya kembali ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut terkait kondisi sang anak.

Berdasarkan pengakuan dokter, balita dari pasangan Iing dan Rice ini terinfeksi bakteri. Tapi saat ditanya di mana lokasi infeksi tersebut, sang dokter tak mampu menjawabnya. Ia justru memberikan Iing dan Rice pilihan untuk pengobatan sang anak, yakni dirujuk ke rumah sakit atau diberikan obat.

"Saya nggak ngerti kondisi anak saya gimana. Kalau harus dirujuk, ya dirujuk. Tapi kalau memang nggak perlu dirujuk dan bisa dikasih obat saja, tentu saja milih dikasih obat saja. Karena saya hasil labnya sendiri saya nggak ngerti karena awam, tentu dokter lebih ngerti. Tapi dokternya bilang nggak papa sih dikasih obat saja. Namanya saya takut ya kalau anak dirawat di rumah sakit, akhirnya saya memilih dikasih obat aja berupa obat sirup antibiotik," tutur Rice.

Setelah mengonsumsi obat antibiotik sirup yang diresepkan tersebut, kondisi Abqary semakin memburuk. Iing mengungkapkan bahwa sang anak langsung mengalami sakit perut hingga tak mengeluarkan urine.

"Habis itu tanggal 9 September malam mengalami sesak napas, nggak tidur sampai pagi. Tanggal 10 September, makin sesak napas, sampai uring-uringan. Akhirnya kita bawa ke salah satu rumah sakit masuk IGD," ucap Iing.

"Itu dia enakan, saturasinya naik dari 87 menjadi 90 kadang 100 atau 95. Terus dikasih infus sama dokter, dirontgen, ternyata memang ada infeksi di ginjal dan di paru-paru. Karena perlengkapan di rumah sakit tersebut kurang, jadinya dirujuk ke RSCM sore itu juga," ucap lagi.

Setelah menjalani perawatan khusus di RSCM, kondisinya Abqary sempat membaik hingga dipindahkan ke ruang rawat inap dari PICU.

Namun setelah dua malam dirawat di ruang inap, kondisinya kembali menurun lantaran terlambat untuk menjalani cuci darah atau hemodialisis. Yang seharusnya Abqary dijadwalkan pada Kamis, ditunda satu hari pada Jumat.

"Yang tadinya dia virus-virusnya dibersihkan lagi jadi tidak ada penumpuk lagi terlambat sehari, jadi makin numpuk lagi kembali ke kondisi awal lagi, kesadaran menurun. Akhirnya Jumat pagi itu jam 10 diganti saluran buat cuci darah itu, di hari Jumat jam 10 pagi selama 3 jam tapi karena dia nggak kuat, cuma sekitar 2 jam dihentikan. kondisinya sudah tidak sadar, sudah tidak ada respon," ucapnya lagi.

"Pada saat darurat itu kita dipanggil dan diminta izin untuk melakukan tindakan resusitasi jantung dan pemasangan ventilator karena paru-parunya berhenti. Dokter minta izin untuk melakukan tindakan tersebut. Nah itu prosesnya kurang lebih satu sampai dua jam. Itu terakhir anak saya sadar itu. Setelah tindakan itu anak saya sudah tidak bangun lagi. Kondisinya terus menurun-menurun sampai dia pulang duluan ke Allah," imbuh Iing.






















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Balita Jakbar Meninggal karena Gagal Ginjal Misterius, Ortu Ungkap Gejalanya"