Hagia Sophia

26 December 2022

Akibat COVID-19, China Masuk Minggu Paling Rawan

Ilustrasi pandemi COVID-19 China. Foto: REUTERS/ALESSANDRO DIVIGGIANO

Provinsi Zhejiang, China, kini mencatat hingga satu juta kasus COVID-19 harian baru. Pemerintah setempat memprediksi, provinsi industri besar yang berlokasi dekat Shanghai tersebut masih akan diterpa kasus COVID-19 harian berkali lipat hingga beberapa hari ke depan.

Seiring rekor lonjakan kasus COVID-19 secara nasional, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China melaporkan tidak ada kematian pasien COVID-19 selama lima hari hingga Sabtu (24/12/2022). Namun, warga dan ahli kini meminta data yang lebih akurat karena COVID-19 di Beijing terus melonjak semenjak aturan ketat penanganan Corona 'Zero-COVID' dilonggarkan di China.

Terlebih, Komisi Kesehatan Nasional berhenti melaporkan kasus COVID-19 tanpa gejala, sehingga angka secara nasional menjadi tidak lengkap dan pelacakan kasus sulit dilakukan. Pada Minggu (25/12), komisi tersebut berhenti melaporkan angka COVID-19 harian.

Diketahui, Zhejiang adalah salah satu dari sejumlah daerah yang diperkirakan bakal menghadapi lonjakan kasus COVID-19, termasuk kasus tanpa gejala.

"Puncak infeksi diperkirakan tiba lebih awal di Zhejiang dan memasuki periode peningkatan sekitar Hari Tahun Baru, dengan jumlah infeksi baru setiap hari akan mencapai dua juta," kata pemerintah Zhejiang dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Senin (26/12).

Zhejiang memiliki populasi 65,4 juta orang. Dilaporkan, di antara 13.583 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit provinsi, satu pasien memiliki gejala parah akibat COVID, sementara 242 infeksi kondisi parah dan kritis disebabkan riwayat penyakit bawaan.

Seiring itu, China mempersempit definisinya terkait kasus kematian pasien COVID-19. Menurutnya, yang digolongkan sebagai kasus kematian COVID-19 hanyalah pasien yang mengalami pneumonia atau gagal napas yang disebabkan COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum menerima data dari China terkait kasus rawat inap pasien COVID-19 sejak Beijing melonggarkan pembatasannya. Menurut WHO, kesenjangan data mungkin disebabkan pihak berwenang kini berjuang menghitung kasus COVID-19, mengingat China merupakan negara terpadat di dunia itu.

China Masuk Minggu Paling Berbahaya

Seiring itu, catatan penelitian dari Capital Economics menyoroti China kini memasuki minggu-minggu pandemi COVID-19 paling berbahaya lantaran pihak berwenang tidak melakukan upaya terkait penanganan COVID-19.

"Tiongkok sedang memasuki minggu-minggu pandemi yang paling berbahaya," ungkap catatan tersebut.

"Pihak berwenang (China) sekarang hampir tidak melakukan upaya untuk memperlambat penyebaran infeksi dan, dengan dimulainya migrasi menjelang Tahun Baru Imlek, bagian mana pun dari negara yang saat ini tidak berada dalam gelombang COVID besar akan segera terjadi," imbuhnya.





















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "COVID-19 Ngamuk, China Disebut Masuk Minggu Pandemi Paling Berbahaya"