Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/KatarzynaBialasiewicz) |
Seorang pasien berusia 85 tahun di Australia meninggal dunia lantaran kelalaian perawat. Menurut laporan, perawat bernama Geraldine Lumbo Dizon itu mematikan speaker alarm monitor pemantau jantung pasien saat menerima panggilan telepon dari keluarganya.
Kejadian itu terjadi saat Dizon tengah bekerja shift malam di Rumah Sakit Swasta Nepean di Kingswood, Sydney, Australia, pada 29 Juli 2021. Saat menerima telepon FaceTime dari keluarganya, Dizon menonaktifkan speaker alarm pada alat telemetri yang digunakan untuk memantau jantung pasien.
Dizon berbincang dengan keluarganya melalui FaceTime selama 66 menit. Usai telepon, Dizon tak mengaktifkan kembali speaker alarm pada monitor telemetri pasien.
Sejak saat itu, kondisi pasien berinisial A mulai memburuk dan membuat para tenaga medis bingung. Sang pasien pun mengalami bradikardia pada 30 Juli 2021, pukul 7.07 pagi.
Bradikardia adalah kondisi jantung yang berdetak lebih lambat dari kondisi normal. Tujuh menit setelahnya, sang pasien mengalami gagal jantung lalu 10 menit kemudian pasien tersebut meninggal dunia.
"Pada pukul 07:07 tanggal 30 Juli 2021, monitor jantung menunjukkan Pasien A mengalami bradikardia [detak jantung lambat]," demikian kata pihak New South Wales Civil and Administrative Appeals Tribunal, dikutip dari Express.co.uk
New South Wales Civil and Administrative Appeals Tribunal telah menyatakan bahwa Dizon bersalah atas meninggalnya pasien A. Kelalaian Dizon membuat para tenaga medis tidak awas ketika pasien A mengalami gangguan irama jantung bradikardia, sesaat sebelum meninggal dunia.
"Para perawat dan petugas medis tak bisa mendengar alarm karena speaker alarm telemetri masih tak tersambung," lanjut keterangan.
Tak hanya itu, pihak pengadilan juga menemukan bahwa Dizon tak memberikan terapi yang dibutuhkan oleh pasien saat mengobrol di telepon. Terapi tersebut seharusnya diberikan kepada pasien A untuk mengobati masalah gagal ginjal dan jantung yang diidapnya.
Berdasarkan keterangan, Dizon juga bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan berkala pada para pasiennya. Namun berdasarkan CCTV, Dizon hanya melakukan satu kali pemantauan kepada pasien-pasiennya selama menjalani shift 10 jam.
Dizon saat itu sempat memberikan pembelaan saat diadili. Menurutnya, ia menonaktifkan speaker alarm alat pemantau jantung pasien A karena pasien-pasien lain kerap salah mengira bunyi dari alat pemantau tersebut sebagai bunyi bel pintu.
Selain itu, Dizon juga mengklaim bahwa telepon selama 66 menit tersebut dia lakukan karena ingin mengecek kondisi keluarganya di Filipina. Dizon mengatakan dia tak memberi tahu perawat lain karena tak pandai membaca EKG.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Miris, Pasien Meninggal gegara Perawat Teleponan-Matikan Alarm Monitor Jantung"