Hagia Sophia

11 March 2024

Beberapa Negara Ini Masih Banyak Ditemukan Wanita Disunat

UNICEF mengatakan lebih dari 230 perempuan di dunia termasuk anak-anak mengalami multilasi alat kelamin perempuan atau 'sunat' (Foto: Shutterstock)

Lebih dari 230 juta perempuan, termasuk anak perempuan yang hidup saat ini telah mengalami mutilasi alat kelamin perempuan atau disebut female genital mutilation (FGM).

FGM merupakan praktik tradisional yang menghilangkan sebagian atau seluruh alat kelamin perempuan bagian luar, yang biasanya disebut sunat atau khitan perempuan, dalam medis disebut sirkumsisi.

Laporan yang dirilis UNICEF pada Jumat yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, mengungkapkan angka tersebut telah meningkat sebesar 30 juta atau 15 persen dibandingkan dengan data yang dirilis sekitar delapan tahun yang lalu.

Dari data yang dikumpulkan, UNICEF menemukan bahwa kemajuan untuk mengatasi FGM masih terlambat dan tidak sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 5, sasaran 5.3) yang berfokus mengakhiri praktik tersebut pada tahun 2030.

Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengatakan bahwa khitan atau sunat perempuan tanpa alasan medis sangat merugikan dan membahayakan perempuan itu sendiri.

"Pemotongan alat kelamin perempuan merugikan tubuh anak perempuan, meredupkan masa depan mereka, dan membahayakan nyawa mereka," kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF, dikutip dari press rilis resmi UNICEF, Minggu (10/3).

Ia menemukan adanya tren yang mengkhawatirkan, mayoritas yang menjadi sasaran dari praktik ini yaitu anak-anak balita, berusia lima tahun ke bawah.

Adapun dalam laporan tersebut UNICEF mencatat peningkatan jumlah kasus di negara-negara yang masih melakukannya. Di antaranya Afrika yang masih menjadi wilayah dengan kasus terbanyak FGM yaitu 144 juta kasus, diikuti oleh Asia 80 juta kasus, dan Timur Tengah enam juta kasus.

Untuk itu, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, UNICEF mendesak masyarakat dan pemimpin global untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri diskriminasi dan ketidaksetaraan gender, memprioritaskan hak-hak anak perempuan, melacak prevalensi FGM dengan lebih baik, serta membuka layanan bagi anak perempuan.

"Kita perlu memperkuat upaya ini 27 kali lebih cepat untuk mengakhiri praktik berbahaya ini," kata badan tersebut.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Lebih dari 230 Juta Perempuan di Dunia 'Disunat', Paling Sering Terjadi di Negara Ini"