Hagia Sophia

19 November 2025

Awalnya Dikira Flu Biasa, Bisa Jadi Kena Kanker Paru

Foto: Thinkstock

Kanker paru masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker di dunia. Sering disebut sebagai silent killer, penyakit ini kerap tak menimbulkan gejala jelas pada tahap awal, bahkan banyak orang mengira hanya terkena flu biasa atau kelelahan.

Menurut Dr Lim Hong Liang, Konsultan Onkologi Medis Ahli Kanker Paru dari Parkway Cancer Centre (PCC), kanker paru berkembang ketika sel-sel abnormal tumbuh tanpa kendali di jaringan paru dan dapat menyebar ke organ lain seperti otak, tulang, atau hati.

"Batuk berkepanjangan, sesak napas, atau nyeri dada sering dianggap sepele, padahal bisa menjadi tanda awal kanker paru," jelas Dr. Lim.

Ia menambahkan, deteksi dini melalui CT scan dosis rendah dapat membantu menemukan kanker sebelum gejala muncul, sehingga peluang kesembuhan lebih tinggi. "Semakin cepat kanker ditemukan, semakin besar kemungkinan diobati secara efektif," katanya.

Kebiasaan merokok masih menjadi penyebab utama kanker paru, termasuk paparan asap rokok pasif, polusi udara, hingga zat kimia industri. Tren baru seperti vape atau rokok elektrik juga bukan solusi aman.

"Vape tetap mengandung nikotin dan bahan kimia toksik yang berisiko merusak paru," ujar Dr Chin Tan Min, Konsultan Onkologi Medis PCC.

Gejala kanker paru

Banyak gejala awal kanker paru yang ringan dan sering dianggap flu atau infeksi biasa. Beberapa yang harus diwaspadai yakni:
  • Batuk yang tidak kunjung reda atau semakin parah
  • Batuk berdarah atau keluar dahak berwarna karat
  • Sesak napas tanpa sebab yang jelas
  • Nyeri dada atau bahu, terutama saat menarik napas dalam atau batuk
  • Suara serak atau perubahan suara yang berlangsung lama
  • Sering mengalami infeksi paru seperti bronkitis atau pneumonia
  • Kehilangan nafsu makan atau penurunan berat badan tanpa sebab jelas
  • Mudah lelah atau tubuh terasa lemah terus-menerus
Terapi Baru, Harapan Baru

Dulu, kemoterapi jadi andalan utama, tapi kini pengobatan kanker paru sudah lebih maju.

"Dengan terapi bertarget (targeted therapy) dan imunoterapi, pasien bisa hidup dua hingga tiga kali lebih lama dibandingkan kemoterapi biasa," ujar dr Lim.

Terapi EGFR Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI), misalnya, terbukti efektif untuk pasien kanker paru stadium lanjut dengan mutasi gen EGFR. Sekitar 80% pasien mengalami perbaikan gejala dalam beberapa minggu pertama.

Selain itu, imunoterapi membantu sistem imun tubuh mengenali dan melawan sel kanker. Beberapa pasien bahkan bisa hidup lebih dari lima tahun setelah terapi ini.

Dr Lim menambahkan, setiap pasien perlu pendekatan holistik yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan emosionalnya.

"Tujuan kami bukan hanya memperpanjang usia, tapi juga menjaga kualitas hidup pasien," ujarnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gejala Ringan yang Sering Dianggap Flu, Padahal Bisa Jadi Kanker Paru"