Hagia Sophia

29 November 2025

Tanda-tanda Stroke yang Sering Tak Terlihat yang Serang Usia Muda

Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/designer491

Stroke sering muncul tanpa peringatan. Dalam hitungan menit, ketidakseimbangan tiba-tiba, penglihatan kabur, atau bicara cadel yang bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam nyawa.

Sel-sel otak mulai mati, kemampuan bicara, berpikir, hingga bergerak dapat hilang selamanya. Menurut ahli bedah saraf Dr Sunil Kutty dari New Era Hospital, Navi, Mumbai, kunci keselamatan selalu sama, yaitu kenali dengan cepat dan bertindak dengan cepat.

"Stroke membutuhkan penanganan yang tepat waktu. Pengenalan dini dapat membuat perbedaan besar dalam mencegah kecacatan atau kematian," tuturnya yang dikutip dari Times of India.

Dr Kutty menegaskan stroke kini bukan hanya berisiko pada orang lanjut usia. Orang-orang yang berusia muda juga semakin rentan, terutama jika faktor risiko tersembunyi seperti gangguan tidur tidak disadari.

Tanda-tanda Stroke yang Sering Tak Terlihat

"Stroke terjadi saat aliran darah ke otak tersumbat atau pembuluh darah pecah, memutus suplai oksigen. Yang dalam hitungan menit, bisa menyebabkan kerusakan serius," jelas Dr Kutty.

Penanganan yang cepat sangat menentukan hasil. Berdasarkan studi tahun 2020 di Neurology, menunjukkan pasien yang mendapat perawatan dalam 0-90 menit memiliki waktu pemulihan 3 bulan yang jauh lebih baik.

Dari studi tahun 2024 di Journal of Clinical Medicine juga menegaskan bahwa pengenalan dini adalah kunci mengurangi keterlambatan terapi.

Faktor Risiko Stroke Tersembunyi

Salah satu faktor risiko terbesar yang sering terlewat adalah apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA). Dr Amit Kulkarni dari Sakra World Hospital menyebut OSA sebagai penyebab 'diam-diam' stroke pada pasien muda.

"Sekitar 50-70 persen orang yang mengalami stroke juga mengidap apnea tidur. OSA kini diakui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke berulang," terangnya.

Penelitian 2005 di New England Journal of Medicine menemukan bahwa OSA meningkatkan risiko stroke atau kematian hampir dua kali lipat. Bahkan, setelah memperhitungkan hipertensi dan diabetes.

Tinjauan tahun 2019 di Sleep Disorders & Stroke kembali menekankan perlunya skrining rutin.

"Jika OSA tidak diobati pada pasien yang pernah mengalami stroke, risiko kekambuhan bisa mencapai 50 persen dalam dua tahun," kata Dr Kulkarni.

Maka dari itu, gejala seperti dengkuran berat, napas tersengal saat tidur, atau kantuk ekstrem di siang hari bukan hal sepele.

'Golden Time' Penanganan Stroke

Pada stroke iskemik, obat pengencer darah harusnya diberikan maksimal 4,5 jam setelah gejala muncul. Pada kasus oklusi besar, prosedur trombektomi mungkin dibutuhkan. Jika terlambat sedikit saja bisa mengubah hidup seseorang.

Sementara pada stroke hemoragik, intervensi cepat sama pentingnya. Tindakan terlambat dapat meningkatkan risiko kematian dan kecacatan permanen.

"Setiap menitnya sangat berharga. Maka dari itu, kenali tanda-tandanya tanpa menunda," beber Dr Kutty.

Kecepatan mengenali dan mengatasi faktor risiko stroke dapat mencegah terjadinya keparahan. Salah satu tanda yang ditekankan adalah apnea tidur obstruktif.

"Apnea tidur obstruktif adalah risiko tersembunyi. Bukan hanya untuk penyakit jantung, tetapi juga untuk stroke," pungkas Dr Kulkarni.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ini Gejala Stroke 'Tersembunyi' yang Jarang Disadari Orang Usia Muda"