Ilustrasi anak batuk. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ozgurcankaya) |
Beberapa waktu lalu, heboh kabar ratusan anak terkena tuberkulosis atau TBC di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Diduga, penyebaran TBC yang menyerang setidaknya 619 anak akibat paparan ciuman atau digendong orang asing.
Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI buka suara. Menurut Kemenkes, maraknya pembahasan ratusan kasus anak TBC bisa meningkatkan edukasi hingga deteksi lebih lanjut infeksi TBC yang selama ini kerap diabaikan.
"Kalau dari perspektif mainstreaming masalah TB pada anak, itu baik," ujar Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Kemenkes RI dr Tiffany Tiara Pakasi MA ditemui tim detikcom di Hotel Wyndham Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (11/1/2023).
Tiara menyebut, selama ini kasus TBC jarang dianggap sebagai penyakit berbahaya terlebih pada usia anak, padahal penyakit ini bisa menyerang segala usia termasuk hingga kelompok produktif hingga lansia.
"Di satu sisi, (pemberitaan) itu mensupport penemuan kasus kita (Kemenkes).Tetapi di sisi lain, tentunya akhirnya ada tantangan bahwa itu logistik untuk anak itu masih terbatas," kata Tiara.
"Nah jadi sebenarnya, sisi baik masalah yang di Bantul itu adalah sebenarnya kasus-kasus anak di Yogya itu ketemu karena ada upaya di sana. Dan itu yang mau kita mainstreamkan ke seluruh Indonesia. Jadi nggak cuma fokus ke kasus TB usia dewasa atau usia produktif, tapi juga anak-remaja itu kita sentuh gitu ya dan kita kasih (perhatiannya)," pungkasnya.
Benarkah Cium dan Gendong Anak Menularkan TBC?
Dokter spesialis paru dr Faisal Yunus, SpP menuturkan bahwa TBC tidak menular melalui ciuman. Akan tetapi penularan bisa terjadi, jika pasien TBC tersebut mencium buah hatinya setelah bersin atau batuk.
"Itu anggapan yang salah. Kalau hanya dari tertawa, senyum, atau berbicara itu TBC tidak bisa menular. Kalau berbicara, kan, yang keluar itu ludah. Ludah itu tidak dapat menularkan TBC, kecuali yang keluar itu dahak dari batuk atau bersin," kata spesialis paru dr Faisal beberapa waktu lalu.
TBC menyebar melalui udara. Tetesan yang mengandung bakteri harus dihirup agar infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain. Hal ini berarti berada di dekat seseorang dengan penyakit TBC ketika mereka batuk, bersin, atau bahkan berbicara di dekat wajah, seseorang bisa tertular.
Kasus TBC pada Anak di Bantul
Dikutip dari detikJateng, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul menyebut ada 619 anak mengalami TBC pada periode Januari hingga November 2022. Diduga, tingginya angka TBC pada anak disebabkan oleh paparan ciuman atau digendong orang asing.
"Di Kabupaten Bantul, pada bulan Januari sampai November 2022 tercatat ada 1.216 kasus TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan. Sebanyak 619 di antaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC resisten obat," jelas Kepala Dinkes Bantul Agus Budi Raharja.
"Jadi anak memang ada risiko penularan, contoh anak umur 2 tahun kan sering digendong ataudiciumin orang-orang. Hal itu risiko kontak makin tinggi,"imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kata Kemenkes soal Ratusan Anak di Bantul Idap TBC Diduga karena Diciumi-Digendong"