Hagia Sophia

02 July 2023

Berbagai Fakta Tentang Prancis yang Membara Dampak Penembakan Maut

Foto: BBC World

Kerusuhan di Prancis semakin membara imbas tewasnya seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun. Ricuh semakin meluas hingga Otoritas Prancis mengerahkan puluhan ribu polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja ringan untuk mengatasi aksi-aksi protes selama empat malam berturut-turut.

Dirangkum detikcom, Minggu (2/7/2023), unit-unit polisi dan pasukan keamanan lainnya menyebar ke seluruh negeri untuk memadamkan kerusuhan atas penembakan itu, yang terjadi saat pemberhentian lalu lintas di pinggiran kota Paris pada hari Selasa lalu.

1. Terjadi Penjarahan Toko
Penjarahan dilaporkan terjadi pada Jumat malam waktu setempat di kota Lyon, Marseille dan Grenoble. Para pengunjuk rasa juga membakar mobil dan tempat sampah.

Penjarahan siang hari bolong juga terjadi di kota Strasbourg, di mana perusuh menargetkan Apple Store dan toko-toko lainnya.

Polisi menggunakan gas air mata di kota Marseille setelah para pemuda melemparkan proyektil ke kendaraan polisi di distrik Vieux-Port, yang populer di kalangan turis.

Walikota Marseille Benoit Payan menyerukan bala bantuan pasukan dengan mengatakan "adegan penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima".

Delapan puluh orang ditangkap di Marseille di antara total 270 orang yang ditangkap secara nasional pada Jumat, kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, setelah bergegas kembali dari KTT Uni Eropa untuk memimpin pertemuan krisis, mengecam "eksploitasi kematian seorang remaja yang tidak dapat diterima" di beberapa kalangan. Macron mendesak orang tua untuk bertanggung jawab atas para perusuh di bawah umur, sepertiga di antaranya adalah "muda atau sangat muda".

2. 45 Ribu Polisi Dikerahkan
Menteri Dalam Negeri Darmanin mengatakan unit-unit dari polisi dan pasukan gendarme paramiliter termasuk di antara 45.000 petugas yang dikerahkan pada Jumat.

"Beberapa jam ke depan ini akan menentukan," tulis Darmanin dalam sebuah pesan kepada layanan darurat.

Perdana Menteri Elisabeth Borne juga mengumumkan pembatalan acara berskala besar -- seperti konser -- di seluruh negeri.

Bus dan trem, yang menjadi sasaran kekerasan pada beberapa malam sebelumnya, berhenti beroperasi pada pukul 21:00 dan penjualan kembang api besar serta cairan yang mudah terbakar telah dilarang.

3. Hampir 1.000 Orang Ditangkap!
Aparat kepolisian menangkap hampir 1.000 orang dalam kerusuhan di Prancis ini. Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan ada 994 penangkapan secara nasional dalam semalam.

Angka ini lebih banyak dari malam mana pun sejak aksi protes dimulai Selasa lalu, yang dipicu oleh kematian Nahel M, remaja putra berusia 17 tahun akibat peluru polisi.

4. Siapa Nahel yang Kematiannya Picu Kerusuhan di Prancis?
Kematian Nahel M, 17 tahun, telah memicu kericuhan di berbagai kota di seluruh Prancis, serta di Nanterre, sebelah barat Paris, tempat dia dibesarkan.

Nahel adalah seorang anak tunggal yang dibesarkan oleh ibunya. Dia bekerja sebagai supir untuk jasa pengiriman makanan dan dia juga bermain dalam liga rugby.

Pendidikannya dinilai kacau. Dia terdaftar di sebuah perguruan tinggi di Suresnes, tidak jauh dari tempat tinggalnya, untuk menjadi ahli kelistrikan.

Mereka yang mengenalnya mengatakan dia sangat dicintai di Nanterre, tempat dia tinggal bersama ibunya, Mounia, dan tampaknya tidak pernah mengenal ayahnya.

Catatan kehadirannya di perguruan tinggi buruk. Dia tidak memiliki catatan kriminal, tetapi dia dikenal oleh polisi.

Dia selalu mencium ibunya sebelum dia pergi bekerja, ditambah kata-kata "Aku mencintaimu, Bu".

Tak lama setelah pukul sembilan pagi pada Selasa (27/06) lalu, dia ditembak di dada dari jarak dekat karena tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobil Mercedes-nya setelah melanggar lalu lintas.

"Apa yang akan saya lakukan sekarang?" tanya ibunya. "Saya mencurahkan segalanya untuk dia," katanya. "Saya hanya punya satu, saya tidak punya 10 [anak]. Dia adalah hidup saya, sahabat saya."

Neneknya menyebut dia sebagai "anak yang ramah dan baik".

"[Dia] menolak untuk berhenti, tapi bukan berarti Anda diizinkan untuk membunuhnya," kata pemimpin Partai Sosialis, Olivier Faure. "Semua anak Republik memiliki hak atas keadilan."
























Artikel ini telah tayang di news.detik.com dengan judul "4 Fakta Prancis Membara Buntut Penembakan Maut Remaja"