Ilustrasi. Foto: Ari Saputra |
Masyarakat mungkin waswas perihal dampak paparan sinar matahari secara langsung, misalnya memicu kulit menggelap atau penuaan dini. Khususnya, di tengah cuaca panas ekstrem banyak wilayah beberapa hari terakhir.
Namun di samping itu, dokter juga mewanti-wanti risiko kanker kulit. Terlebih, pada mereka yang sering beraktivitas di luar rumah siang hari ketika paparan matahari sedang terik-teriknya. Pasalnya, paparan ultraviolet memang menjadi faktor pemicu utama kasus kanker kulit.
Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis bedah onkologi sekaligus Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) dr M Yadi Permana, SpB(K) Onk. Menurutnya, risiko kanker kulit pada orang yang sering terpapar sinar matahari secara langsung bisa mencapai 20 hingga 50 persen.
"Kanker kulit tidak ada gejala nyeri, seringnya tidak ada gejala luka sehingga sering dianggap remeh. Bahkan beberapa pasien yang datang sudah mencapai mendekati mata. Tahi lalat sudah mendekati mata, baru datang berobat," terangnya dalam diskusi daring, Selasa (1/8/2023).
Lebih lanjut dr Yadi menjelaskan, di Indonesia, kasus kanker kulit paling banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Sedangkan perihal usia, paling banyak dialami oleh masyarakat berusia 40 tahun ke atas.
Walhasil ia menegaskan pentingnya upaya proteksi masyarakat Indonesia dari efek paparan sinar matahari langsung. Di antaranya, dengan menggunakan sunscreen ketika beraktivitas di luar rumah. Khususnya, pada waktu tertentu yakni di atas pukul 9 pagi hingga sekitar 3 atau 4 sore.
"Dua sampai tiga jam itu apply ulang (sunscreen) kalau kita masih beraktivitas di luar ruangan yang notabenenya masih terkena (paparan sinar matahari)," pungkas dr Yadi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Nggak Cuma Gosong, Seserius Ini Efek Panas-panasan Tak Pakai Sunscreen"