Foto: AP Photo/Yousef Masoud |
Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas sedang memberikan perawatan bedah dan rawat inap, sekaligus menyiapkan sumbangan obat-obatan serta perlengkapan medis ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan, di Gaza.
"Situasi di Gaza sangat buruk; rumah sakit kewalahan. Jumlah korban luka sangat tinggi, jumlah pasien yang terluka terus-menerus masuk ke semua rumah sakit di Jalur Gaza. Tim medis kelelahan dan bekerja sepanjang waktu untuk merawat korban luka," kata Léo Cans, kepala misi MSF untuk Palestina, yang berbasis di Yerusalem dalam keterangan resminya, Rabu (11/10/2023).
Dia menambahkan pengeboman sangat intens. Seluruh bangunan hancur, termasuk bangunan tepat di sebelah kantor MSF. Perkiraan terbaru menyebutkan jumlah pengungsi sekitar 200 ribu, sebagian besar adalah mereka yang menerima pesan SMS dan rumahnya hancur.
Kini pemerintah Israel memutuskan untuk memutus total pasokan air dan listrik, dan jaringan telepon pun rusak parah. Pagi ini, pihak MSF tidak dapat menghubungi tim di Gaza melalui telepon. Hal ini membuat sangat sulit untuk mengkoordinasikan operasi penyelamatan dan memberikan akses kepada korban cedera.
"Di Gaza saat ini, orang-orang ketakutan. Saya sering berbicara dengan rekan-rekan kami di sana. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh karena, sayangnya, mereka telah melalui banyak peperangan, namun situasi saat ini menyebabkan mereka sangat cemas," tambahnya.
MSF juga sangat prihatin melihat fasilitas medis tidak luput dari serangan. Salah satu rumah sakit juga menjadi sasaran serangan udara dan rusak.
Serangan udara lainnya menghancurkan sebuah ambulans yang membawa korban luka, tepat di depan rumah sakit tempat mereka bekerja.
"Tim MSF yang sedang mengoperasi seorang pasien harus segera meninggalkan rumah sakit. Kami ulangi: fasilitas medis harus dihormati. Ini bukanlah sesuatu yang harus dinegosiasikan," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter Lintas Batas Ungkap Ngerinya Kondisi RS di Gaza Imbas Serangan Israel"