Hagia Sophia

12 June 2023

Terkait Balita Positif Metamfetamin, Ini Kata Guru Besar Farmasi

Ilustrasi balita. (Foto: iStock)

Geger temuan kasus balita laki-laki di Kalimantan Timur yang teridentifikasi positif narkoba setelah meminum air yang diberikan oleh tetangganya. Korban yang diketahui berusia 3 tahun berinisial (N) itu dilaporkan mulai menunjukkan perubahan perilaku hingga sempat halusinasi dan tidak makan.

Kejadian bermula ketika korban dan sang ibu berkunjung ke rumah tetangganya pada Selasa (7/6/2023) sore. Kala itu, N diberi air minum dalam bentuk kemasan botol lantaran sedang kehausan.

"Anaknya itu kan kehausan, sama tetangganya ini diambilkan lah air minum di dalam botol yang isinya sudah setengah," ujar Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur Rina Zainun kepada detikcom, Sabtu (10/6/2023).

"Gejalanya itu dia aktif, tidak mau diam, mulutnya ngoceh terus dan tidak mau tidur. Awalnya ibunya mikir anak ini kesurupan," sambungnya.

N kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Samarinda dan menjalankan pemeriksaan tes urine. Hasil tes menunjukkan bahwa N positif metamfetamin.

Menanggapi kasus tersebut, Prof apt Zullies Ikawati, PhD, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) memaparkan sederet bahaya yang bisa ditimbulkan dari konsumsi metamfetamin. Ia menjelaskan bahwa obat ini memang bisa menimbulkan sejumlah gejala, termasuk halusinasi dan membuat hiperaktif.

"Golongan ini merupakan stimulan sistem saraf dan dapat mempengaruhi perilaku, efek yang bisa dtimbulkan, antara lain, gejala psikosis/kejiwaan, seperti halusinasi, perubahan perilaku, ketakutan, lebih sensitif, atau agresif, termasuk jadi hiperaktif," jelasnya ketika dihubungi detikcom, Minggu (11/6/2023).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari obat tersebut bisa berpotensi lebih berbahaya pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Pasalnya, obat ini bisa berdampak fatal jika dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan.

"Bisa jadi, dengan dosis yang sama, dampaknya lebih berat pada bayi, karena berarti dosis yang terasup lebih besar dari dosis lazimnya. Efek obat itu akan berbanding lurus dengan dosis obat," ungkapnya.

"Fatal tidaknya tergantung dosis. Sejauh ini bayi tersebut sudah mendapatkan penanganan dan sudah membaik. Jika dosisnya berlebih, ya bisa jadi fatal," sambungnya.

Namun, Prof Zullies juga menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap obat bisa tereliminasi dari tubuh. Hanya saja, proses dan waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi obat bergantung kondisi tubuh masing-masing orang.

"Pada prinsipnya semua obat itu bisa tereliminasi dari tubuh, hanya berbeda-beda lamanya antar obat dan antar subyek, tergantung kemampuan metabolism dan eliminasinya," ujar Prof Zullies.

"Nyatanya udah membaik, kan? Jadi kalau paparan hanya sekali, kemungkinan besar untuk recovered ya lebih besar. Yang pasti perlu diterapi sesuai dengan gejala yang muncul, sambil menunggu obatnya tereliminasi dari tubuh," pungkasnya.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Profesor Farmasi Bicara Efek Psikosis Balita 3 Tahun di Kaltim Positif Metamfetamin"