Hagia Sophia

14 October 2023

Kemenkes: Kasus Bunuh Diri di Indonesia Naik Terus

Kemenkes RI mengungkapkan angka kasus bunuh diri terus meningkat. (Foto: Rachman Haryanto)

Viral mahasiswi berinisial (NJ) bunuh diri, ditemukan tak bernyawa pasca lompat dari lantai 4 Mal Paragon Semarang. Tukang parkir di sekitar lokasi, Rukiman (56) sempat mendengar pengunjung berteriak histeris melihat kejadian tersebut.

Polisi menemukan secarik kertas berisi pesan untuk keluarganya, yakni ibu NZ. Pilunya, dalam surat tersebut NZ mengaku mengakhiri hidup lantaran tidak kuat menanggung beban dan merasa mengecewakan orang tuanya.

Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI drg R Vensya Sitohang M Epid menyebut catatan kasus bunuh diri di tahun kemarin, 2022, menyentuh 826 orang. Angka ini meningkat 6,37 persen dibandingkan 2018 yakni 772 kasus.

Catatan bunuh diri di Indonesia juga relatif jauh lebih tinggi dibandingkan rekor kasus terbanyak Singapura sepanjang 2023 yang sejauh ini tercatat mencapai 476 korban.

"Untuk yang catatan 2023 datanya masih kami validasi," beber drg Vensya saat dihubungi detikcom Kamis (12/10/2023).

Terpisah, dr Khamelia Malik dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut pencatatan kasus bunuh diri di Indonesia secara riil di lapangan terbilang sulit. Salah satu faktornya dipicu pencatatan kasus berdasarkan rekam medis.

Menurutnya, kasus bunuh diri tidak ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga kebanyakan dokter dilema memberikan diagnosis pasti kepada pasien. Agar tetap ditanggung, korban seringkali diberikan keterangan meninggal karena gangguan kejiwaan depresi, dan jenis masalah mental lainnya.

"Kalau kita di RS membuat pencatatan kasus ya, nah pencatatan kasus itu berdasarkan rekam medis, ada kerepotan mengikuti, karena kasus-kasus melukai diri sendiri, atau menyebabkan perlukaan diri itu secara pembiayaan tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan," bebernya dalam konferensi pers Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, yang diperingati setiap 10 Oktober.

"Jadi kadang-kadang kami dilema ketika menuliskan itu di diagnosis, karena pasien ketambahan beban, harus bayar, jadi akhirnya supaya pasiennya oke-oke saja kita nggak tulis bunuh diri-nya, kita tulisnya kasusnya, misalnya depresi," sambungnya.

dr Khamelia menyebut belakangan semakin banyak remaja yang melakukan percobaan bunuh diri dan melukai diri sendiri. Bukan tanpa sebab, hal ini dipicu sulitnya menahan impulsivitas atau dorongan kecenderungan impulsif yang tidak bisa dikendalikan.

Banyak pasien disebutnya menganggap bunuh diri adalah satu-satunya jalan dari masalah yang dihadapi. "Seperti tidak ada solusi lagi selain kematian," sambungnya.

Tidak sedikit dari mereka bahkan mungkin sudah mempersiapkan kematiannya secara tenang. Hal ini yang membuat perilakunya sulit dicegah lantaran tidak ada 'warning' dari korban.

Berkaca pada kasus viral mahasiswa Unnes, salah satu yang bisa diupayakan adalah komunikasi orangtua dengan anak. Mencoba membuka komunikasi bersama anak dengan pendekatan yang tidak menghakimi atau mendiskriminasi apa yang dirasakan anak.

Tidak ada salahnya untuk menanyakan hal yang dianggap sensitif seperti mungkinkah ada keinginan bunuh diri. Menurut dia, pada kebanyakan kasus, lontaran pertanyaan semacam itu membuat korban merasa diperhatikan, hingga muncul persepsi lain untuk meredam keinginan bunuh diri.

Namun, jika anak terus menunjukkan perilaku yang tidak berubah, atau keinginan bunuh dirinya semakin menguat, selalu dampingi aktivitas mereka dengan memberikan opsi konseling kepada profesional. Profesional biasanya membuat korban menjabarkan faktor-faktor dirinya ingin bunuh diri.

Meski nantinya masalah kesehatan mental sudah teratasi, mereka juga akan menyiapkan safety plan bilamana keinginan impulsif keinginan bunuh diri tersebut kembali muncul.

*CATATAN: Informasi ini tidak untuk menginspirasi siapapun untuk bunuh diri. Jika Anda memiliki pikiran untuk bunuh diri, segera mencari bantuan dengan menghubungi psikolog atau psikiater terdekat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tanda peringatan bunuh diri, segera hubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes 021-500-454.*

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "RI Darurat Kesehatan Mental, Kemenkes Ungkap Kasus Bunuh Diri Naik Terus"