Wanita di Gaza. (Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM) |
Wanita di Gaza menjadi salah satu kelompok paling terdampak dari serangan Israel sejak Oktober 2023. Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengungkapkan perempuan dan anak perempuan di Gaza mengalami dehumanisasi begitu berat.
Kondisi ini membuat wanita di Gaza kehilangan martabatnya dan sulit untuk mengenali jati diri mereka sebagai wanita 'seutuhnya' di sana. Tak hanya itu, Lazzarini mengatakan bahwa perempuan-perempuan di Gaza harus memotong rambut mereka hingga sangat pendek karena 'wabah' kutu, kekurangan sampo, hingga tidak cukupnya air dan sisir.
"Perempuan dan anak gadis sering kali menghabiskan waktu berbulan-bulan tanpa mandi, mengalami siklus menstruasi tanpa membersihkan diri," kata Lazzarini dikutip dari Andalou Agency, Jumat (16/8/2024).
Lazzarini juga melaporkan banyak wanita di Gaza merasa tidak nyaman karena kehilangan privasi dan keamanan di tempat penampungan yang penuh sesak. Mereka seringkali melewatkan waktu ke toilet dengan cara mengurangi makan atau minum.
UNRWA mengungkapkan kondisi yang terjadi saat ini membuat mereka kesulitan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai perempuan.
"Ini adalah aspek lain dari dehumanisasi yang semakin dalam dari perang ini. 'Saya merasa bukan seorang wanita lagi,' itu yang mereka katakan," sambungnya.
Ia menyerukan gencatan senjata untuk segera dilakukan di Gaza. Serangan yang dilakukan oleh Israel telah menewaskan hampir 40 ribu orang di sana. Sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92 ribu orang lainnya.
Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dokter di Gaza saat ini tengah berjuang mengatasi setidaknya 103 ribu kasus kutu dan kudis, serta sekitar 65 ribu kasus ruam kulit.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Wabah Kutu Hantui Gaza, Banyak Wanita Terpaksa Potong Pendek Rambut"