Bulan Menjauh, Waktu di Bumi Diprediksi Jadi 25 Jam Sehari (Foto: Sky & Telescope) |
Hari-hari di Bumi perlahan bertambah panjang saat Bulan secara bertahap menjauh dari planet kita, demikian menurut sebuah penelitian baru.
Para ilmuwan menemukan bahwa saat Bulan bergerak menjauh, perubahan dampak gravitasinya terhadap Bumi memperlambat rotasi planet ini dan membuat hari-hari bertambah panjang.
Para peneliti memprediksi hari-hari di Bumi pada akhirnya bisa mencapai 25 jam. Namun mereka memberikan catatan, hal itu tidak terjadi segera, melainkan memakan waktu sekitar 200 juta tahun lagi.
"Saat Bulan menjauh, Bumi bagaikan seorang atlet sepatu roda yang berputar dan melambat saat merentangkan tangannya," jelas ahli geosains Stephen Meyers, profesor di University of Wisconsin-Madison, dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/8/2024).
Bulan terletak sekitar 384.400 km dari planet kita, membutuhkan waktu sekitar 27,3 hari untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi Bumi.
Namun penelitian sebelumnya menemukan bahwa Bulan semakin menjauh sekitar 3,8 cm per tahun, yang berarti akan memakan waktu lebih lama untuk bergerak mengelilingi planet kita. Pada suatu titik, Bulan akan mencapai jarak yang stabil dan hanya terlihat dari satu sisi planet kita.
Hubungan Bumi dan Bulan
Dalam penelitiannya, Meyers dan rekannya merekonstruksi sejarah mendalam hubungan Bumi dengan bulan. Mereka menemukan bahwa 1,4 miliar tahun yang lalu, satu hari di Bumi hanya berlangsung sekitar 18 jam.
Untuk mendapatkan perhitungan itu, para peneliti menemukan metode statistik yang menghubungkan teori astronomi dengan pengamatan geologi untuk melihat kembali masa lalu geologi Bumi.
Hal ini memungkinkan mereka merekonstruksi sejarah mendalam Tata Surya. Hari-hari di Bumi lebih pendek miliaran tahun lalu, sebagian besar karena Bulan lebih dekat dengan planet kita.
Hal ini menyebabkan rotasi planet kita berputar lebih cepat daripada saat ini, para peneliti menyimpulkan. Namun sepanjang sejarah Bumi, Bulan telah bergeser semakin jauh dalam suatu proses yang dikenal sebagai 'resesi Bulan.'
Kita mengetahui hal ini berkat para astronaut misi Apollo, yang menempatkan reflektor di Bulan yang memungkinkan para ilmuwan di Bumi menembakkan laser ke permukaan Bulan dan mengukur seberapa cepat Bulan mundur.
Saat Bulan perlahan menjauh, rotasi Bumi pun melambat. Alasannya ada hubungannya dengan dampak Bulan terhadap pasang surut air laut.
Saat Bumi berotasi, gravitasi Bulan yang mengorbit planet ini menarik lautan sehingga terjadi pasang surut. Tarikan gravitasi Bulan menyebabkan air laut 'menonjol' ke arahnya di sisi Bumi mana pun yang paling dekat dengan Bulan.
Pada saat yang sama, inersia berusaha menjaga air tetap di tempatnya. Namun, gravitasi Bulan lebih kuat, itulah sebabnya air menggelembung ke arah Bulan.
Sementara itu, di sisi Bumi yang berlawanan, tarikan gravitasi Bulan lebih lemah karena letaknya lebih jauh. Di sana, inersia lebih kuat daripada gravitasi Bulan, dan air berusaha untuk tetap mengalir dalam garis lurus. Hal ini menyebabkan air menggelembung menjauh dari Bulan.
Gabungan gaya gravitasi Bulan dan inersia menciptakan dua tonjolan pasang surut yang tetap sejajar dengan Bulan saat Bumi berputar.
Namun, Bumi berputar pada porosnya jauh lebih cepat daripada orbit Bulan di atasnya. Ini berarti bahwa gesekan dari cekungan samudra yang bergerak di bawahnya juga menarik air bersamanya.
Jadi, tonjolan itu bergerak sedikit di depan orbit Bulan, yang mencoba menarik tonjolan itu ke belakang.
Hal ini secara bertahap memperlambat rotasi Bumi sementara Bulan memperoleh energi, menyebabkannya bergerak ke orbit yang lebih tinggi.
Perubahan Iklim Pengaruhi Rotasi Bumi
Faktor lain juga memengaruhi rotasi Bumi, termasuk perubahan iklim. Saat suhu global meningkat, es kutub mencair lebih cepat daripada sebelumnya, dan membuang air ke lautan Bumi.
Semua air lelehan itu secara bertahap bergerak dari kutub Bumi menuju ekuator, tempat lautan menonjol ke arah dan menjauhi Bulan.
Hal ini menyebabkan Bumi tumbuh semakin melebar di bagian tengah, dan karenanya rotasinya semakin lambat. Semua ini berarti bahwa hari-hari di Bumi bertambah panjang secara bertahap.
Perubahannya cukup kecil sehingga kita tidak akan benar-benar menyadarinya, dan perubahan itu juga tidak akan memengaruhi ritme sirkadian kita.
Namun selama jutaan tahun, perubahan-perubahan kecil itu akan bertambah, dan akhirnya menambah satu jam ekstra pada siklus diurnal Bumi.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Bulan Menjauh, Waktu di Bumi Diprediksi Jadi 25 Jam Sehari"