Salah satu contoh bencana hidrometeorologi kondisi banjir di Desa Harapan Jaya, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Maret 2023. Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah |
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan akan cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi. Masyarakat diminta waspada dan siap siaga.
"Pemerintah Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20% sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Dwikorita mengatakan, Pemerintah juga harus meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.
Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.
Memasuki Musim Hujan
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan bahwa saat ini sejumlah wilayah Indonesia khususnya di Sumatera, sebagian Kalimantan dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat telah memasuki musim hujan. Sementara itu wilayah Pulau Jawa lainnya diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II November 2024.
"Baru saja masuk musim penghujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bogor dan Sukabumi Jawa Barat. Karenanya, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah," imbuhnya.
Guswanto memaparkan, berdasarkan hasil analisa mingguan BMKG, terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir atau angin kencang pada 7 - 12 November 2024.
Kondisi ini, kata dia, terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia yang berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.
"Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini," tuturnya.
"Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," tambah dia.
BMKG juga terus memonitor adanya Siklon Tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina. Siklon ini, terang Guswanto, mempengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.
Guswanto mengingatkan, Siklon Tropis Yinxing dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah.
Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menambahkan berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG diketahui bahwa fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.
"Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "BMKG: Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi Intai RI"