Hagia Sophia

27 July 2025

Akibat Ulah Israel, Dokter di Gaza Rawat Pasien sambil Kelaparan

Kondisi rumah sakit di Gaza. (Foto: Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS)

Para dokter dan staf medis di Gaza mengatakan bahwa meningkatnya rasa lapar dan kurangnya ketersediaan makanan mulai membuat mereka terlalu lemah untuk memberikan perawatan medis darurat pada pasien di rumah sakit. Kebanyakan warga sipil yang dirawat terluka dan kekurangan gizi.

Banyak staf medis di seluruh wilayah tersebut menceritakan sulitnya mencari makanan. Kondisi ini semakin membuat mereka putus asa dan penurunan kesehatan akibat kelaparan.

"Mereka sangat kelelahan. Beberapa pingsan di ruang operasi," kata direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, Dr Mohammed Abu Selmia, dikutip dari The Guardian, Jumat (25/7/2025).

Dr Abu Selmia mengatakan seperti masyarakat Gaza lainnya, staf medis juga tidak menerima bantuan atau makanan apapun dalam 48 jam terakhir.

"Layanan medis akan terdampak karena staf kami tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi dalam menghadapi bahaya kelaparan ini," sambungnya.

Banyak dokter dan praktisi medis yang mengirimkan pesan terkait kondisi kelaparan di Gaza. Mereka tidak mau disebutkan namanya karena khawatir menjadi sasaran militer Israel.

"Hari ini saya bertugas 24 jam. Di rumah sakit, mereka seharusnya memberi kami beras untuk setiap shift, tetapi hari ini mereka memberitahu kami bahwa tidak ada beras," beber seorang dokter di Rumah Sakit Al-Shifa.

"Saya dan rekan saya (merawat) 60 pasien bedah saraf dan saat ini saya bahkan tidak bisa berdiri," tambahnya.

Seorang dokter umum sukarelawan di Rumah Sakit Al-Shifa juga mengatakan belum makan apapun sejak kemarin. Bahkan, keluarganya tidak punya apa-apa untuk dimakan.

"Seharian saya memikirkan bagaimana saya bisa memberi mereka tepuh atau lentil atau apapun untuk dimakan. Tetapi, tidak ada apa-apa di pasar. Kami tidak bisa lagi berjalan. Kami tidak tahu harus berbuat apa," terangnya.

Dokter Bedah Tak Bisa Operasi karena Lapar

Seorang ahli bedah di kompleks medis Nasser di Gaza mengatakan bahwa beban kerja yang dihadapi staf medis yang kewalahan semakin meningkat. Ini karena semakin banyak pasien yang dirawat karena gejala yang berkaitan dengan malnutrisi.

"Ada banyak pasien yang mengalami gastroenteritis, pingsan, dan gula darah rendah di semua kelompok usia pasien yang datang ke rumah sakit," ungkapnya.

Terlihat juga peningkatan komplikasi pascaoperasi yang signifikan akibat malnutrisi. Ahli bedah yang tidak mau diungkap identitasnya itu mengaku tidak bisa makan selama dua hari karena takut gastroenteritisnya akan semakin parah.

"Dan karena tekanan darah rendah, saya harus berhenti makan saat menjalani operasi pada seorang gadis yang tertembak di perut," lanjutnya.

Dr Abu Selmia mengatakan staf medis masih bekerja meskipun kekurangan makanan. Tetapi, skala malnutrisi yang mereka hadapi pada pasien memberikan beban yang sangat besar pada tenaga kerja yang sudah terkuras tenaganya dan kelelahan.

Ia mengatakan bahwa 21 anak meninggal dunia di seluruh wilayah Palestina dalam tiga hari terakhir akibat malnutrisi dan kelaparan.

"(Pasien-pasien ini) membutuhkan nutrisi khusus, tetapi tidak ada. Jadi, mereka menghadapi risikonya. Beberapa meninggal di tenda dan rumah mereka, tidak ada yang tahu tentang itu," ujar Dr Abu Selmia.

Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa timnya telah menerima laporan tentang petugas kesehatan dan bantuan di seluruh Gaza, yang pingsan karena kelaparan dan kelelahan akibat kekurangan makanan.

Beberapa staf medis berbicara tentang keharusan memutuskan apakah akan tetap bekerja dan memberikan perawatan medis darurat, atau turun ke jalan untuk mencari makanan bagi keluarga mereka. Yang lain berbicara tentang ketakutan mereka akan dipaksa pergi ke lokasi distribusi makanan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza dan dijaga oleh Pasukan Pertahanan Israel, yang merupakan satu-satunya tempat di mana makanan dan bantuan diizinkan untuk disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

Dalam beberapa hari terakhir, para tenaga kesehatan di Gaza secara kolektif melaporkan tingkat kerawanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, penurunan kekebalan tubuh, infeksi berulang, kelelahan parah, dan sering pingsan selama operasi atau misi penyelamatan," jelas Muath Alser, direktur Healthcare Worker Watch yakni sebuah organisasi medis Palestina.

"Kita tidak bisa hanya menerima kecaman. Kita membutuhkan tindakan segera," pungkasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kejinya Israel Tutup Bantuan, Dokter di Gaza Rawat Pasien sambil Kelaparan"