Hagia Sophia

27 November 2022

Beberapa Negara di Asia yang Alami Penurunan Populasi Akibat Resesi Seks

Korea Selatan menjadi salah satu negara yang terancam resesi seks (Foto: AP/Lee Jin-man)

Semakin hari, semakin banyak negara yang mengalami penurunan populasi karena warganya menolak untuk mempunyai keturunan. Resesi seks mengacu kepada risiko krisis demografis karena banyak wanita yang berhenti melahirkan.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di satu atau dua negara tetapi beberapa negara besar di dunia. Lantas di mana saja negara yang mengalami penurunan populasi? Berikut daftar negara yang dihantui 'resesi seks'.

1. Korea Selatan

Pada 2021, berdasarkan data pemerintah Korea Selatan mencatat tingkat kesuburan hanya 0,81 persen. Padahal idealnya satu negara harus memiliki tingkat kesuburan 2,1 persen untuk menjaga populasi. Tak hanya itu, di Negeri Ginseng tersebut kini makin banyak anak muda yang tak mau menikah. Para wanita yang sudah menikah juga memilih untuk tidak hamil.

Tidak ada angka resmi mengenai berapa banyak warga Korea Selatan yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak. Namun berdasarkan dari badan statistik nasional menunjukkan 2020 terjadi sekitar 193 ribu pernikahan di negara tersebut. Angka ini mengalami penurunan dari pada 1996 yang saat itu mencapai 430 ribu. Data itu juga menunjukkan bahwa tahun lalu bayi lahir sekitar 260.600, sementara puncak kelahiran di negara tersebut mencapai 1 juta pada 1971.

"Singkatnya, orang mengira negara kita bukanlah tempat yang mudah untuk ditinggali," kata Lee So-Young, pakar kebijakan kependudukan di Institut Korea untuk Urusan Kesehatan dan Sosial di Korea Selatan.

"Mereka percaya anak-anak mereka tidak dapat memiliki kehidupan yang lebih baik daripada mereka, jadi mempertanyakan mengapa mereka harus bersusah payah untuk memiliki bayi," lanjutnya.

2. China

Negara dengan populasi terbanyak di dunia yakni 1,4 miliar ini disebut sedang mengalami 'resesi seks'. Diprediksi tahun ini angka kelahiran akan mencetak rekor terendahnya lantaran telah menurun berada di bawah 10 juta, dibandingkan tahun lalu 10,6 juta anak lahir per tahun. Angka itu juga ternyata menurun 11,5 persen dari 2020.

Terkait hal tersebut, Presiden China Xi Jinping telah melakukan beragam cara untuk meningkatkan angka kelahiran seperti pengurangan pajak hingga uang tambahan untuk anak ketiga. Namun, strategi ini tidak cukup membuat angka kelahiran kian meningkat. Bahkan, per 2021, angka kesuburan berada di 1,16 di bawah standar yakni 2,1.

Presiden China itu menyebut hal ini terjadi karena berbagai faktor termasuk biaya pendidikan tinggi, upah rendah, dan jam kerja yang sangat panjang serta bersamaan dengan kebijakan COVID-19 dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.

3. Jepang

Krisis populasi di Negeri Sakura ini di depan mata lantaran tingkat perkawinan dan kelahiran di negara itu tergolong terendah sepanjang sejarah. Berdasarkan laporan terbaru, angka pria dan wanita di Jepang yang tidak ingin menikah memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Sebuah data dari Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan sosial menemukan bahwa 17,3 persen pria dan 14,6 persen wanita berusia antara 18 dan 34 tahun di Jepang menyebut mereka tidak berminat menikah. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak kuesioner pertama kali dilakukan pada 1982.

Pada 2021, jumlah bayi yang lahir di Jepang mengalami penurunan 29.231 atau 3,5 persen. Sedangkan untuk jumlah pernikahan turun 24.391 dari 501.116, angka terendah sejak akhir perang dunia kedua.

4. Singapura

Di negara ini, angka kelahiran bayi pada 2021 adalah 1,12. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka rata-rata global yakni 2,3. Penyebab terjadinya 'resesi seks' di Singapura karena pemerintah mengizinkan para wanita untuk melakukan pembekuan telur. Padahal, awalnya izin ini hanya diberikan kepada wanita dengan kondisi medis tertentu seperti sedang melakukan kemoterapi.

"Kami menyadari bahwa beberapa wanita ingin mempertahankan kesuburannya karena keadaan pribadi mereka. Misal karena tidak dapat menemukan pasangan saat mereka masih muda, tetapi ingin memiliki kesempatan untuk hamil jika menikah nanti," kata administrasi Perdana Menteri Lee Hsien Loong dalam pernyataan, dikutip dari South China Morning Post.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "4 Negara Asia Ini Terancam Krisis Populasi Imbas Resesi Seks"