Hagia Sophia

17 November 2024

Walau Tidak Obesitas, Warga Asia Lebih Rentan Diabetes?

Foto: Dok. Shutterstock

Orang Asia menghadapi risiko lebih besar terkena diabetes meskipun tak mengalami obesitas. Satu dari tiga warga Singapura berisiko terkena diabetes seumur hidup, sementara hampir satu dari 10 orang dewasa mengidap diabetes.

Dikutip CNA, orang Asia mungkin keliru jika menganggap diabetes tipe 2 hanya terkait dengan kelebihan berat badan, seperti yang sering digambarkan di luar Asia.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang Asia lebih mungkin terkena diabetes jika indeks massa tubuh (IMT) mereka rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini terjadi meskipun ambang batas IMT mereka rendah: Obesitas didefinisikan sebagai obesitas di atas atau sama dengan 27,5 kg/m2 untuk orang Asia, dan 30 kg/m2 untuk orang dewasa non-Asia.

Meskipun IMT telah lama digunakan untuk memperkirakan risiko diabetes dan kondisi metabolik lainnya, namun IMT tidak selalu memberikan gambaran yang lengkap.

Salah satu alasan utamanya adalah orang Asia cenderung memiliki distribusi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan dengan orang non-Asia. Seseorang yang tampak langsing mungkin memiliki lebih banyak lemak visceral, jenis lemak yang tersimpan di sekitar organ dalam yang jauh lebih berbahaya daripada lemak subkutan, jenis lemak yang dapat dijepit.

Lemak visceral meningkatkan resistensi insulin secara signifikan. Jadi orang Asia dengan berat badan "sehat" mungkin masih memiliki cukup lemak visceral untuk mengganggu regulasi glukosa normal, yang menyebabkan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.

Komunitas medis semakin menjauh dari ketergantungan pada BMI sebagai metrik kesehatan semata. Pendekatan yang lebih holistik mencakup melihat pengukuran lain seperti lingkar pinggang, persentase lemak tubuh, dan kadar lemak visceral untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kesehatan metabolisme seseorang.

Apa Pemicunya?

Kebiasaan budaya dan pilihan gaya hidup memainkan peran besar dalam masalah ini. Di Singapura, hanya 71,1 persen orang dewasa di negara itu yang memenuhi pedoman aktivitas fisik pada tahun 2021.

Mematuhi pedoman ini sangat penting untuk menjaga massa otot yang sehat dan mengatur kadar gula darah. Bahkan kebiasaan yang baik, seperti menekankan keberhasilan akademis, dapat mengorbankan aktivitas fisik yang memadai untuk anak-anak, dan dapat menciptakan kondisi yang menyebabkan peningkatan risiko di kemudian hari.

Pola makan merupakan faktor utama lain yang menyebabkan meningkatnya risiko diabetes pada orang Asia. Nasi dan karbohidrat olahan lainnya seperti roti dan roti manis telah menjadi makanan pokok selama beberapa generasi.

Dalam konteks saat ini, saat banyak orang memiliki pekerjaan yang tidak banyak bergerak dan umumnya tidak melakukan aktivitas fisik yang menuntut selain olahraga, mengandalkan makanan dengan indeks glikemik (IG) tinggi ini dapat berbahaya.

Makanan ini menyebabkan lonjakan cepat kadar gula darah, yang jika dikombinasikan dengan kecenderungan genetik terhadap resistensi insulin, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengelola insulin secara efektif.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Orang Asia Lebih Rentan Terkena Diabetes Meski Tak Obesitas, Inikah Pemicunya?"