Awan cerah berwarna-warni bersinar di langit malam di atas Gunung Jökultindur di Islandia pada 25 Januari. Foto: Jónína Guðrún Óskarsdóttir |
Langit gelap di Lingkaran Arktik baru-baru ini dihiasi cahaya warna-warni yang menakjubkan. Menariknya, tontonan mencengangkan ini bukan disebabkan oleh aurora, melainkan awan kristal es kecil yang melayang lebih tinggi di atmosfer daripada biasanya.
Awan, yang dikenal sebagai awan stratosfer kutub (PSC), hanya terbentuk ketika stratosfer bawah mencapai suhu di bawah minus 81 derajat Celcius.
Biasanya, awan tidak terbentuk di stratosfer karena terlalu kering. Tetapi pada suhu yang sangat rendah ini, molekul air dengan jarak yang sangat jauh mulai menyatu menjadi kristal es kecil yang membentuk awan.
Ini berarti, seperti dikutip dari Live Science, PSC dapat terbentuk jauh lebih tinggi daripada awan biasa, antara 15 hingga 25 kilometer di atas tanah.
Saat sinar Matahari bersinar melalui awan kristal ini, ia tersebar, menciptakan berbagai panjang gelombang cahaya yang berbeda, yang menginspirasi julukan PSC, 'awan pelangi'. Karena ketinggian awan yang ekstrem, sinar Matahari dapat mengenai kristal dan menyebar di atas pengamat meskipun Matahari berada di luar cakrawala, yaitu saat awan ini tampak paling terang.
Pada 25 Januari, saat awan pelangi terlihat, kondisi beku yang ekstrem di stratosfer memungkinkan PSC muncul di Lingkaran Arktik, termasuk Islandia, Norwegia, dan Finlandia.
Fotografer amatir Jónína Guðrún Óskarsdóttir menangkap pemandangan menakjubkan ini dari awan cerah di atas puncak Gunung Jökultindur di Islandia. Fotografer lainnya, Fredrik Broms juga mengabadikan fenomena langit warna-warni ini di atas Kvaløya dekat Tromsø di Norwegia.
PSC bersinar melalui celah di awan di atas Kvaløya di Norwegia pada 25 Januari. Foto: Fredrik Broms /northernlightsphotography.no |
Dua jenis PSC
Ada dua jenis PSC. Tipe I, yang terbuat dari campuran kristal es dan asam nitrat, yang menghasilkan warna kurang spektakuler dan mungkin terkait dengan pembentukan lubang ozon. Tipe II, awan stratosfer kutub yang terdiri dari kristal es murni dan menghasilkan warna yang lebih hidup.
Yang terabadikan dalam peristiwa ini adalah Tipe II. PSC tipe II sering disebut sebagai awan nacreous karena rona warna-warninya terkadang menyerupai nacre, juga dikenal sebagai induk mutiara, yang diproduksi di cangkang beberapa moluska. Namun, kemunculan mereka sangat langka, jauh lebih jarang daripada awan Tipe I.
Awan tipe II biasanya terjadi tidak lebih dari dua atau tiga kali setahun di Kutub Utara, biasanya selama bulan-bulan musim dingin. Namun, para ahli percaya bahwa kedua jenis PSC dapat terjadi lebih sering di masa depan karena perubahan iklim menciptakan cuaca yang lebih ekstrem, yang dapat berdampak tidak langsung pada lapisan ozon jika terbentuk lebih banyak awan Tipe I.
Karena warnanya yang pekat, awan nacreous sering dikacaukan dengan cahaya utara atau aurora borealis di Kutub Utara. Fenomena yang lebih umum ini terjadi ketika partikel berenergi tinggi yang dipancarkan oleh Matahari bergerak menuruni garis medan magnet magnetosfer Bumi.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Awan Pelangi Langka Hiasi Langit Arktik Seperti Aurora"