Foto: Getty Images/iStockphoto/loops7 |
Indonesia kembali diterpa kenaikan kasus COVID-19, kali ini diduga imbas subvarian Omicron XBB. Kemarin, Jumat (18/11/2022), RI mencatat 6.699 kasus baru COVID-19 dibarengi 5.854 pasien sembuh dan 32 pasien meninggal dunia.
2 hari sebelumnya, yakni pada Rabu (16/11), RI mencatat 8.486 kasus baru COVID-19 dibarengi 4.255 pasien sembuh dan 54 pasien meninggal dunia. Angka kasus harian tersebut merupakan yang tertinggi terhitung sejak April 2022.
Subvarian Omicron XBB diyakini tidak memicu gejala lebih berat dibandingkan varian-varian Corona lainnya. Namun juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril sempat menyebut, penularan Omicron XBB lebih cepat dibandingkan subvarian Omicron yang sudah merebak sebelumnya, yakni BA.4 dan BA.5.
Namun sorotannya, subvarian Omicron XBB diyakini memiliki kemampuan menular yang lebih cepat dibanding subvarian Omicron lainnya seperti BA.4 dan BA.5.
"XBB termasuk XBB1 memang dia mutasi dari BA.2 maupun BA.2.75. Transmisinya memang lebih cepat dibandingkan BA.5. Dia cepat, hanya saja seperti halnya BA.4 dan BA.5 sebelumnya, tingkat keparahannya lebih rendah," jelas Syahril dalam konferensi pers virtual 'Konferensi Pers Perkembangan Kasus COVID-19 di Indonesia', Kamis (10/11).
"Imun escape-nya hampir sama, adalah kemampuan untuk menghindar dari antibodi yang ada pada tubuh apakah dari antibodi yang didapat atau antibodi karena vaksin," sambungnya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus spesialis paru RS Persahabatan dr Erlina Burhan, SpP(K) s, gejala sempat menjelaskan gejala pasien Omicron XBB mirip dengan varian Corona lainnya.
Gejalanya tersebut meliputi:
- Demam
- Batuk
- Lemas
- Sesak
- Nyeri kepala
- Nyeri tenggorokan
- Pilek
- Mual
- Muntah
- Diare
Anosmia Tidak Termasuk?
dr Erlina juga menyinggung subvarian Omicron XBC, berbarengan dengan Omicron XBB. XBC diketahui sebagai hasil kombinasi varian Corona sebelumnya yakni varian Delta. Walhasil, ada kemungkinan XBC memicu gejala yang mirip dengan Delta, misalnya anosmia.
Namun hingga kini, belum ada laporan ilmiah yang menyebut tingkat keparahan Omicron XBB dan XBC sama dengan varian Delta. Mengingat, varian Delta sempat memicu lonjakan kasus COVID-19 besar-besaran di RI pada 2021, dengan tinggi risiko gejala berat dan kematian.
"Meskipun belum ada laporan bukti ilmiah resmi, mengingat XBC merupakan kombinasi varian Delta, gejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas varian Delta mungkin dapat terjadi," tertera dalam paparan dr Erlina pada konferensi pers virtual 'Update Kasus COVID dan Rekomendasi Terbaru IDI', beberapa waktu lalu.
"Hingga saat ini, belum ada laporan ilmiah resmi yang menyatakan XBB dan XBC menyebabkan COVID-19 dengan gejala yang lebih berat," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Daftar Gejala Khas Omicron XBB yang Diduga Picu COVID RI Naik Lagi, Ada Anosmia?"