Hagia Sophia

12 December 2024

Kisah Penderita HIV Asal Tangerang yang Tertular dari Mantan Suami

Ilustrasi penyintas HIV. (Foto: Rachman_punyaFOTO)

Salah seorang perempuan bernama H (44) harus hidup berdampingan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) seumur hidupnya. Dirinya mengaku tertular HIV dari sang mantan suami.

"Sudah tahu pada akhirnya pas kondisi saya memburuk. Akhirnya saya tes (HIV), saya tertular dari (mantan) suami saya," kata H saat bercerita kepada detikcom di Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024).

Sebelumnya, H tidak mengetahui dengan baik tentang apa itu HIV dan bagaimana penyakit ini dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Namun, setelah kondisinya kian memburuk, dirinya memutuskan untuk meminta pertolongan dokter.

"Dulu tes HIV itu tidak seperti sekarang, tes satu jam selesai. Dulu itu dua minggu, jadi saya menunggu. Seperti yang saya sebutkan tadi pada 15 Februari 2008, saya buka hasil ternyata saya positif HIV dengan AIDS stadium 4," kata H.

Mengetahui bahwa ada HIV di tubuhnya, H sempat tak bisa berpikir jernih. Namun, dokter tetap memberikan obat ARV (antiretroviral) untuk mencegah virus ini lebih merusak tubuhnya.

"Saya berpikir bahwa saat itu saya mungkin akan mati karena HIV. Tapi saya minum si ARV itu, saya minum ternyata dua minggu setelah minum berat badan saya naik empat kilo," katanya.

"Setiap bulan saya tanya ke dokter, 'dok, kapan saya mati? Berapa lama lagi saya hidup?'" sambungnya.

Anak Juga Tertular HIV

Sebelum mencoba untuk dirinya sendiri, pada tahun 2007, H sempat melahirkan salah satu putrinya. Namun, karena dirinya mungkin belum merasakan gejala HIV, virus ini juga tertular ke anaknya.

"Saya (waktu itu) masih ibu rumah tangga yang cukup naif. Saya konfirmasi ke pasangan (mantan suami) bahwa anak kami positif HIV. Pasangan saya cuma bilang, 'iya kalaupun HIV bukan dari kita berdua," kata H.

"Pada tahun 2007 masih belum ada pemeriksaan ibu hamil dites HIV seperti sekarang. Jadinya saya luput pemeriksaan. Jadi saya melahirkan secara normal, saya memberikan ASI bahkan mix feeding," sambungnya.

H mengakui bahwa keterbatasan informasi terkait HIV di keluarganya pada waktu itu membuat anaknya tidak mendapatkan pengobatan secara baik, sehingga membuat sang buah hati 'berpulang' dua minggu setelah dinyatakan positif.

"Pada awal anak ada indikasi tentang HIV dokter minta kami berdua yang tes, tapi suami saya menolak. Jadi hanya anak saya yang dites dan hasilnya positif," katanya.

Meskipun begitu, menjadi penyintas HIV di Indonesia, lanjut H, harus siap menerima perlakuan diskriminatif dari orang lain. H yang juga tergabung di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) terus memberikan informasi terkait HIV kepada mereka yang memandang penyintas dengan sebelah mata.

"Waktu itu saya pernah ke acara besar peringatan Hari AIDS sedunia, ada salah satu orang dari pemerintahan karena dia pakai baju PNS, dia hadir di acara itu. Saya ditanya 'kamu dari mana?' saya dari Ikatan Perempuan Positif Indonesia, 'kamu positif apa?' saya positif HIV pak, langsung digeser bangkunya," tutur H saat menceritakan pengalaman uniknya.

Sebagai penyintas HIV, H berpesan kepada masyarakat awam untuk tidak lagi melakukan diskriminasi kepada mereka yang hidup dengan kondisi tersebut.

"Jadi kayak diskriminasinya orang HIV itu orang yang tidak benar, penyakit kotor, dan lain sebagainya," tutupnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kisah Pilu Penyintas HIV asal Tangerang, Ternyata Tertular dari Mantan Suami"