Hagia Sophia

24 December 2022

China Dikabarkan Akan Terima Bantuan Vaksin dari BioNTech Jerman

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Foto: Pradita Utama)

China dikabarkan akan mendapatkan kiriman stok vaksin Jerman BioNTech. Diungkapkan juru bicara (jubir) Pemerintah Jerman pada Rabu (21/12/2022), vaksin asing yang diterima China ini ditujukan untuk ekspatriat Jerman.

Dikutip dari Reuters, tidak ada detail mengenai tanggal pengiriman dan jumlah vaksin yang didistribusikan. Namun diperkirakan, jumlah vaksin yang dikirim berkisar 20.000 dosis. Di sisi lain, Pemerintah Jerman memperkenankan orang asing selain warga Jerman untuk mengakses gambar jika dibutuhkan.

"Kami sedang mengerjakan kemungkinan bahwa selain orang Jerman, orang asing lainnya juga dapat divaksinasi dengan BioNTech," kata juru bicara itu kepada wartawan di Berlin.

Menurut salah satu sumber, stok vaksin akan dikirimkan perusahaan Jerman di China serta lokasi kedutaan. Di samping itu, vaksinasi khusus anak-anak di bawah 12 tahun menyusul di kemudian hari.

Warga negara selain Jerman saat ini belum diikutsertakan dalam vaksin ini. Namun sumber tersebut mengatakan, saat ini ada pembicaraan di negara-negara di Uni Eropa (UE) terkait distribusi vaksin ke warga negara lainnya.

China perlu menyetujui perluasan akses di luar warga negara Jerman, kata sumber itu. Menurut jubir pemerintah Jerman, warga China di Eropa dapat divaksinasi dengan SinoVac milik China sebagai imbalannya.

Komentar itu muncul setelah laporan awal bulan ini bahwa Kementerian Kesehatan Jerman telah memberikan izin yang mengizinkan impor vaksin COVID-19 Sinovac China ke Jerman untuk diberikan kepada warga negara China di negara itu.

SinoVac belum disetujui untuk digunakan oleh regulator obat Eropa, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan lampu hijau untuk penggunaannya.

Sejauh ini, Beijing bersikeras hanya menggunakan vaksin yang diproduksi di dalam negeri. Produksi vaksin tersebut tidak didasarkan pada teknologi mRNA Barat tetapi pada teknologi yang lebih tradisional.

Pengiriman itu dilakukan di tengah pembongkaran rezim lockdown 'Zero-COVID' yang ketat oleh Beijing, yang telah menyebabkan lonjakan kasus yang membuat sistem kesehatan yang rapuh tidak siap.

Para ahli memperkirakan bahwa negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu dapat menghadapi lebih dari satu juta kematian akibat COVID-19 pada 2023.

Mengizinkan ekspatriat Jerman mengakses vaksin Barat adalah isyarat besar bagi Berlin, yang mencerminkan upaya Beijing untuk memperkuat hubungan dengan ekonomi terbesar UE setelah bertahun-tahun ketegangan perdagangan dan iklim antara kedua negara.

Saham BioNTech naik karena berita pengiriman, ditutup 2,3% lebih tinggi di Frankfurt. Sementara saham Pfizer di New York, naik 1,25% pada perdagangan pagi di New York.

Hingga berita ini ditulis, BioNTech tidak segera tersedia untuk mengomentari situasi pada hari Rabu (21/12/2023).

Warga China Tidak Menerima Suntikan Vaksin Barat

China memproduksi total sembilan vaksin lokal, yang paling banyak dari negara manapun di penjuru negeri. Namun, vaksin produksi China tidak ada yang diperbaharui untuk mengatasi Omicron seperti teknologi yang dimiliki Pfizer BioNTech serta Moderna (mRNA) yang diciptakan sebagai booster dan digunakan di negara-negara maju.

Dua dosis vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna adalah yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Di awal pandemi, BioNTech membuat kesepakatan dengan Shanghai Fosun Pharmaceutical dengan maksud untuk memasok suntikan ke Tiongkok Raya.

Sementara bidikan tersedia di Hong Kong, Makau, dan Taiwan, tinjauan peraturan untuk China belum selesai. BioNTech mengatakan bahwa keputusan tergantung pada regulator China dan belum memberikan alasan penundaan tersebut.

Kebijakan 'Zero-COVID' di China dan tindakan lockdown telah menjaga tingkat kematian dan penyebaran infeksi minimal selama beberapa bulan terakhir. Namun, kebijakan ini menyebabkan gangguan besar baik di dalam negeri maupun dalam rantai perdagangan dan pasokan global.

China melaporkan jumlah kematian dari awal pandemi hingga Selasa (20/12/2022), sebanyak 5.241. Hal ini dikarenakan Komisi Kesehatan Nasional China mendefinisikan kematian yang disebabkan oleh COVID-19 apabila pasien tersebut terkena pneumonia atau gagal napas.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Situasi Darurat Bikin China Menyerah, Akhirnya Izinkan Vaksin COVID Impor"