Ilustrasi (Foto: Ferdi Almunanda/detikcom) |
Beredar pesan di WhatsApp Group terkait hujan buatan di Pekanbaru, Riau, berisiko bagi kesehatan. Dalam pesan tersebut, disebut jika hujan yang terjadi di Kota Pekanbaru efek teknologi modifikasi cuaca (TMC).
"TMC atau sering disebut hujan buatan itu kerjasama BRIN, Lanud Roesmin Nurjadin dan BPBD Riau. Kualitas air hujan sangat berisiko bagi kesehatan manusia jika bersentuhan langsung, karena tingkat keasaman airnya yg sangat tinggi," bunyi pesan seperti dilihat, dikutip dari detikSumut, Selasa (22/8/2023).
Dalam pesan tersebut juga masyarakat di Pekanbaru diminta membatasi pergerakan saat hujan. Hujan sendiri disebutkan akan terjadi pada siang hari karena malam hari ada latihan terbang prajurit TNI Lanud Roesmin Noerjadin Pekanbaru.
"Menurut perencanaan TMC di Pekanbaru dan sekitarnya tengah dimodifikasi agar hujan bisa turun hanya di siang hari. Hal ini terkait dengan kegiatan latihan terbang malam para penerbang Lanud RSN, mulai 21 Agustus-4 September 2023," tulis pesan tersebut.
Terkait hal tersebut, Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo buka suara. Menurutnya, teknologi hujan buatan sendiri tak menggunakan bahan kimia yang bersifat asam, seperti hujan asam atau hujan dengan air dengan pH di bawah 5,6.
Hujan asam disebabkan oleh adanya gas pembentuk asam kuat di dalam atmosfer yang terlarut dalam air hujan. Gas ini umumnya adalah oksida dari belerang ( SOx ) dan oksida dari Nitrogen (NOx). Belerang sendiri adalah pengotor dalam bahan bakar minyak, serta oksida nitrogen berasal dari udara dan pembakaran material organik termasuk lahan gambut.
"Jika bereaksi dengan air hujan, maka oksida belerang dan oksida Nitrogen akan berubah menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang merupakan asam kuat. Hujan asam sendiri memiliki pH hingga 4 (semakin kecil nilai pH, semakin asam)," ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (22/8).
Jika terkena manusia, dan hewan darat, umumnya tidak memberikan efek secara langsung dan kurang berbahaya. Tetapi hujan asam sangat berbahaya untuk tumbuhan dan hewan air karena proses hidupnya bergantung dengan kondisi air di lingkungan. Selain itu, hujan asam akan merusak struktur bangunan karena mudah menyebabkan korosi di bangunan dan logam.
Sementara bahan kimia yang digunakan pada teknologi hujan buatan hanya NaCL atau garam dapur yang bersifat netral dan dikonsumsi setiap hari oleh manusia.
"Yang membedakan garam untuk TMC dan konsumsi manusia adalah proses pembuatannya, di mana garam untuk hujan buatan mengalami proses penggilingan hingga 2 - 3 kali untuk memperoleh ukuran yang jauh lebih kecil daripada garam dapur," lanjutnya.
Konsentrasi garam yang ditaburkan ke dalam awan terbilang sangat rendah dibandingkan dengan ukuran awan, sehingga tak merusak sifat kimia dari air hujan.
"Jadi air hujan buatan tidak memiliki rasa, dan bau yang berbeda dari air hujan biasa," imbuhnya.
"Air hujan dari proses hujan buatan sudah teruji di laboratorium bahwa air hujan buatan tidak memiliki sifat yang berbeda dengan air hujan biasa," lanjutnya lagi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Heboh Pesan Berantai Hujan Buatan di Pekanbaru Berbahaya, BRIN Angkat Bicara"