Hagia Sophia

31 December 2022

Berbagai Fakta Terkait Amuba Pemakan Otak yang Telah Menelan Korban di Korsel

Heboh amuba pemakan otak di Korea Selatan (Foto: Getty Images/iStockphoto/Tatomm)

Beberapa waktu lalu Korea Selatan melaporkan pasien pertama infeksi amoeba Naegleria fowleri, atau yang biasa disebut 'amuba pemakan otak'.

Ini merupakan kasus infeksi pertama yang ditemukan di Korea Selatan. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengkonfirmasi, pasien tersebut adalah pria warga Korea berusia 50 tahun dan telah meninggal dunia imbas infeksi amoeba tersebut.

Laporan dari KDCA mengungkapkan sebelumnya pasien tersebut yang berjenis kelamin pria sempat tinggal di Thailand selama empat bulan. Pada tanggal 10 Desember ia kembali ke Korea Selatan. Namun, setelah sehari kemudian pasien tersebut dibawa ke ruang gawat darurat setelah mulai menderita sakit kepala, muntah, kaku di leher, dan berbicara cadel.

Dikutip dari Indian Express, berikut fakta-fakta mengenai amoeba Naegleria fowleri atau 'amoeba pemakan otak'.

Apa itu Naegleria fowleri?

Naegleria adalah amoeba, organisme bersel tunggal. Disebut Naegleria fowleri karena dapat menginfeksi manusia, menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Amerika Serikat.

Amoeba ini pertama kali diidentifikasi di Australia pada tahun 1965 dan umumnya ditemukan di perairan air tawar yang hangat seperti mata air panas, sungai, dan danau.

Bagaimana cara menginfeksi manusia?

Amoeba akan memasuki tubuh manusia melalui hidung dan kemudian berjalan ke otak. Biasanya dapat terjadi ketika seseorang berenang atau menyelam, atau bahkan ketika mencelupkan kepala ke dalam air tawar. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa orang terinfeksi ketika mereka membersihkan lubang hidungnya dengan air yang terkontaminasi.

Menurut CDC, ketika Naegleria fowleri sampai ke otak, ia menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan infeksi berbahaya yang dikenal sebagai primary amebic meningoencephalitis (PAM).

Apa saja gejalanya?
CDC mengatakan tanda-tanda penyakit ini mulai muncul dalam satu hingga 12 hari setelah infeksi. Pada tahap awal, gejalanya mirip dengan meningitis, seperti sakit kepala, mual, dan demam. Pada tahap selanjutnya, seseorang dapat menderita leher kaku, kejang, halusinasi, bahkan koma.

Badan kesehatan masyarakat AS mengamati bahwa infeksi menyebar dengan cepat dan rata-rata menyebabkan kematian dalam waktu sekitar lima hari.

Apa ada pengobatan untuk yang terinfeksi?
Karena infeksi Naegleria fowleri jarang terjadi dan berkembang dengan cepat, para ilmuwan saat ini belum dapat mengidentifikasi pengobatan yang efektif. Saat ini, dokter mengobatinya dengan kombinasi obat-obatan antara lain amphotericin B, azithromycin, fluconazole, rifampisin, miltefosine, dan dexamethasone.

Bisakah perubahan iklim meningkatkan penyebaran infeksi?
Menurut badan kesehatan masyarakat AS, dengan meningkatnya suhu global kemungkinan terkena infeksi Naegleria fowleri akan meningkat karena amuba ini tumbuh subur di permukaan air tawar yang hangat. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu tinggi hingga 46 derajat celcius dan terkadang dapat bertahan hidup pada suhu yang lebih tinggi.

Sejauh ini, Naegleria fowleri telah ditemukan di semua benua dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi 'amuba pemakan otak' di lebih dari 16 negara.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Fakta-fakta Amuba Pemakan Otak, Sudah Telan Korban di Korea Selatan"