Hagia Sophia

26 June 2023

Terkait Kasus Inses di Bukittinggi, Walkot: Dunia Sudah Tua

Foto: Wali Kota Bukittinggi Erman Safar (Dokumen Pemkot Bukittinggi)

Wali Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) Erman Safar mengungkap adanya kasus inses antara ibu dan anak di Bukittinggi. Erman pun tidak habis pikir dengan kasus tersebut terutama karena terjadi dalam keluarga utuh.

"Bapaknya ada. Ada bapaknya di rumah. Satu rumah. Coba bayangin, dunia sudah tua," kata Erman seperti dikutip dari detikSumut, Rabu (22/6/2023).

Erman mengungkap kasus inses ibu dan anak tersebut saat Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Anak di rumah dinas Wali Kota Bukittinggi, Rabu (22/6). Dia menyebut anak itu jadi korban inses dari ibu kandungnya sejak duduk di bangku SMA dan kini usianya sudah menginjak 28 tahun.

"Anak kita, dari usia SMA. Dia dari SMA sampai usia 28 tahun berhubungan badan dengan ibu kandungnya," kata Erman Safar.

Kasus yang disampaikan Erman itu sempat membuat peserta sosialisasi melongo seakan tidak percaya. Tapi Erman melanjutkan bahwa kasus inses di Bukittinggi itu sedang ditangani serius Pemkot Bukittinggi.

"Dia sekarang sedang kami karantina. Sedang kami karantina, warga kita," kata Erman.

Bapak Sedang di Rumah Saat Inses Ibu dan Anak Terjadi

Lebih lanjut Erman mengungkap fakta miris lainnya. Dia menyebut peristiwa inses itu justru terjadi saat ayah atau suami dari ibu dimaksud sedang berada dalam rumah.

"Bapaknya ada. Ada bapaknya di rumah. Satu rumah. Coba bayangin, dunia sudah tua," katanya lagi.

Oleh sebab itu Erman menekankan pentingnya menjaga dan melindungi anak-anak dari potensi eksploitasi. Dia juga menyinggung kekerasan seksual jelas merusak masa depan anak.

"Dalam upaya mencegah kasus serupa terjadi di masa mendatang, Pemerintah Kota Bukittinggi berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu pernikahan anak di bawah umur serta menguatkan upaya perlindungan anak," jelas dia.

Sosiolog Angkat Bicara

Pernyataan Erman Safar soal adanya inses di Bukittinggi turut ditanggapi Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP) Erianjoni. Dia menyebut inses ibu dan anak adalah fenomena langka.

"Kejadian yang di Bukittinggi adalah termasuk yang langka untuk konteks Sumbar, karena (inses) antara ibu dan anak laki-laki dan itu telah berlangsung tahunan," ujar Erianjoni kepada detikSumut, Jumat (23/6).

"Ini gejala sosial yang sangat ironi di tengah banyaknya berbagai varian masalah penyimpangan seksual di Ranah Minang saat ini," kata Erianjoni.

Lebih lanjut dia menyampaikan 3 penyebab terjadinya inses. Pertama, bisa disebabkan persoalan hiperseks, dimana hasrat seksual si ibu yang tinggi dan tidak puas oleh si ayah.

"Hasrat seksual si ibu bisa saja tergolong hiperseks, sehingga ketidakpuasan oleh si ayah sehingga anak menjadi sasaran untuk pemuas," katanya.

Faktor kedua, kohesi sosial yang salah. Dia menyebut terkadang kedekatan yang berlebihan menyebabkan hilangnya sekat sosial yang membatasi hubungan tersebut.

Sementara faktor ketiga adalah disebabkan disfungsi peran ayah dalam menjalankan fungsi proteksi atau perlindungan anggota keluarganya dari berbagai problem hidup.

"Dari relasi sosial yang salah itu atau hubungan sosial yang terlarang tersebut lama kelamaan berbentuk dalam hubungan simbiotik atau saling membutuhkan antara ibu, yang butuh kepuasan seksual dan anak yang butuh kasih sayang dan uang untuk pemenuhan gaya hidup,"kata dia.
























Artikel ini telah tayang di detik.com dengan judul "Walkot Bukittinggi Tak Habis Pikir Inses Ibu dengan Anak: Dunia Sudah Tua"